Happy reading gais ❤️
Perkataan Kak Ardy tadi, memberi dampak kekuatan bagi Zahid, larut dalam penyesalan memang tidak ada gunanya. Oke, semoga Tuhan segera memberi keajaiban lewat doanya.
Sekarang Kak Ardy menghantar Zahid pulang karena hari sudah gelap.
"Za, soal misi gimana? Lo mau lanjut?" tanya Kak Ardy.
"Ya lanjut, masa berenti gitu aja."
"Tapi Geo____"
"Gue mau lakukan sendiri, Kak."
Kak Ardy membelalak. "Serius? Apa perlu gue bantu?"
Zahid tersenyum tipis. "Nggak usah Kak, gue nggak mau ngecewain Geo."
💨💨💨
Lima hari kemudian
Zahid memasuki Gramedia yang tampak sepi, hanya satu dua orang yang lagi sibuk mencari buku. Zahid berdiri di rak jejeran novel-novel misteri terbaru, senyumnya mengembang kecil.
Pulang sekolah, sembari menyegarkan suasana hati, Zahid pergi ke Gramedia sendiri.
"Pasti Geo suka," Zahid mengambil satu novel misteri karya penulis asal Jepang. Penulis favorit Geo.
Lalu mengitari rak berikutnya, melihat-lihat seri komik terbaru. Hanya berniat melihat, bukan membeli karena ia tidak begitu ngerti baca bentuk komik.
"Za, coba dong sekali-kali baca komik."
"Males, nggak ngerti."
"Kan belajar, nih beli ya sepuluh?"
Geo mencomot sepuluh tumpukan komik, diletakannya di telapak tangan Zahid. Zahid mendorong nolak hingga komik itu berjatuhan di lantai.
"Kalian merusak ya?"
"Bukannya lo nggak suka komik?"
Zahid terperanjat kaget sampai buku-buku yang ada ditangannya terjatuh. Melirik Farel yang menyengir-nyengir tak jelas.
Apa dia membuntuti?
"Lo ngapain?"
"Adik gue ulang tahun, mau gue kadoin buku."
"Oh."
Farel pun memiringkan badan menghadap ke jejeran komik-komik. Sempet melirik Zahid, ada perasaan lega karena tiga hari terakhir Zahid sudah lebih baik dari sebelumnya.
"Za, jangan kayak kemarin lagi, ya." Farel menyunggingkan senyum.
"Maaf, kemarin udah ngerepotin lo pada."
"Kita juga sama-sama sedih Za, tapi gue yakin Geo pasti akan sembuh. Pasti." Farel menepuk pundak Zahid, memberi kekuatan yakin.
Zahid membalasnya dengan senyuman. Hatinya semakin bertambah yakin. Iya, pasti Geo sembuh, dan main kembali bersama mereka.
Tiba-tiba handphone Zahid berdering, ia mengambilnya di kanton, ada telepon dari Gresia.
Semoga kabar baik.
"Hallo, Gres?"
Terdengar suara isakan di sebrang sana. Pikiran negatif Zahid seketika muncul.
"Lo kenapa?"
"Kak Geo, Kak."
"Geo kenapa? Udah mau makan kan? Udah mau keluar kamar dia?"
"Enggak." Isakan itu makin terdengar pedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Mission (END)
Teen FictionLewat pertemuan di kelas multimedia, Zahid dan Geo berhasil membuktikan bersahabat lawan jenis tanpa melibatkan perasaan bisa terjalin langgeng. Juga lewat misi dari seseorang untuk menyelamatkan masa depan mereka keduanya jadi semakin akrab melewat...