Happy readingDua bulan kemudian
Kondisi Geo selama satu bulan ini, terdengar memperhatikan.
Tubuh Geo kurus karena jarang makan, berat badannya turun drastis, seharian ia hanya di kasur yang mengakibatkan kulitnya tidak terawat. Muncul jerawat-jerawat kecil di area jidatnya, rambutnya rontok parah, kuku-kukunya panjang, ini baru fisiknya. Bagaimana dengan kondisi mentalnya? Ah rasanya sebagian dari itu sudah rusak dan sulit diperbaiki. Kejadian itu, benar-benar membuatnya jadi Hikikomori.
Keadaan Geo yang sekarang, sangat membuat keluarganya begitu terpukul. Penjara saja tidak cukup, orang itu harus merasakan hal yang lebih parah dari ini.
Setiap beberapa jam sekali, Geo selalu menjerit-jerit sambil menggigiti kukunya di kasur. Tubuhnya kejang-kejang menerawang ke atas, seolah bayangan-bayangan kejadian itu menghantuinya lagi, menyerangnya lagi, menekannya lagi tanpa ampun.
Siapapun orang tua yang melihat anaknya mengalami depresi ini, pasti akan merasakan kesedihan yang luar biasa.
Saat Geo sudah terlelap, Bunda memanfaatkan waktunya untuk membersihkan tubuh Geo. Menggantikan baju Geo, juga mengelap-ngelap tubuh Geo yang kotor menggunakan handuk. Namun hari itu ada yang beda, tengah malam tiba Bunda membuka kamar Geo hendak membersihkan tubuh Geo, namun ia begitu terkejut saat melihat banyaknya darah di seprai Geo. Darah sebanyak ini, dari mana asalnya? Apakah Geo coba melakukan percobaan bunuh diri? Atau Geo coba menggugurkan kandungannya? Berbagai rasa panik menyerang kedua orang tuanya, jika sampai benar adanya, sudah, mereka nggak kuat lagi.
Keluarga yang awalnya harmonis, kini tertimpa masalah yang begitu besar. Dosa apa mereka? Kenapa cobaan ini harus Geo yang rasakan?
Menyedihkan memang, tapi inilah kenyataannya.
Kira-kira begitulah kabar terbaru yang Zahid dengar langsung dari Gresia.
Saat ini Gresia mengajaknya ketemuan di taman, ia ingin curhat pada Zahid. Mengadukan semua kesakitannya pada Zahid.
Menahan sesak di dada, hati Zahid bertambah hancur jiwanya seakan sudah mati bersama buih penyesalan. Tanpa Zahid sadari, matanya kini sudah sembab dan merah.
"Gress?" panggil Zahid karena selesai bercerita, Gresia tertunduk diam.
Gresia mengangkat kepalanya, menatap Zahid dengan mata berkaca-kaca. "Kak Geo___Kak Geo nggak hamil kan, Kak? Iya kan?"
Air mata Zahid lagi-lagi tumpah. Melihat wajah lelah dari Adik Geo, rasanya Zahid merasa sangat berdosa telah membuat kehancuran di keluarga bahagia itu.
"Gres, pernah denger kan gue ngomong apa. Geo itu perempuan yang kuat, ini hanya soal waktu. Pasti nggak lama lagi Geo membaik. Soal itu, Geo nggak mungkin sejahat itu mau gugurin kandungannya. Kalaupun Geo bener hamil ... gue yang bakal nikahi dia kok."
"EH???"
💨💨💨
Hari ini ujian tengah semester satu dimulai. Seharusnya Geo juga ikut ulangan saat ini, seharusnya hari ini Zahid dapat melihat ajarannya apakah membuahkan hasil atau tidak, seharusnya ini hari bahagia mereka dapat merayakan selesainya misi mereka.
Tapi itu semua cuma harapan kandas Zahid.
Zahid menengok ke meja Geo yang sudah berhari-hari kosong, tidak ada suara Geo, tidak ada tingkah lucu Geo saat Sensei Yuki ngajar. Ini terasa sangat sepi.
Saking kepikirannya soal Geo, Zahid jadi nggak konsen belajar. Membuka buku hanya sekenanya, peristiwa yang menimpa Geo, membuat semangat hidupnya turun.
Pengawas pertama memasuki ruang kelas sambil membawa tumpukan kertas ujian. Semua murid berdoa lalu, kertas essai mulai dibagikan.
Oh iya, Horikoshi itu sistem ulangan sudah pakai sistem baru, di mana ujiannya menggunakan handphone yang servernya dapat diakses dari sekolah. Kertas hanya berguna untuk jawaban essai.
"Pak kurang satu," ucap Zahid saat kertas berada di mejanya.
Beberapa dari mereka memandang Zahid miris, jelas mereka tahu kenapa Zahid sampai sesuram ini setelah Geo tak ada.
Sensei Yuki tersenyum, mencoba memaklumi. "Zahid, ini sudah pas."
"Buat Geo mana Pak? Geo kan juga ikut ujian?"
Suasana hening.
BRAKK
Suara gebrakan meja mengalihkan perhatian mereka, semua mata menoleh ke objek suara yang berasal dari meja Reen. Bahkan Sensei Yuki juga hanya diam.
"MAU SAMPAI KAPAN SIH?" Reen melempar buku, menghunus tatapan marah ke meja Zahid.
"Sampai Geo sekolah lagi."
Kesabaran Reen habis, Reen menghampiri meja Zahid dan langsung melayangkan tamparan di pipi Zahid. Zahid hanya mematung membiarkan Reen memarahinya sesuka hati.
"Lo sadar dong, mau gila sampai kapan? Ini bukan salah lo Za, bukan sama sekali. Jangan gini lah."
Zahid menunduk, keringat bercucuran di dahinya.
"Se-sebenarnya Geo, ada apa sih sama Geo?" tanya Naho, salah satu teman dekat Geo.
"Udah dua bulan Geo gak masuk, dan kita temen sekelasnya sama sekali gak tau apa-apa," tambah Zriel.
"Kalian tega ya..." lirih Nanda menatap Zahid dan Reen datar.
"Sama temen sendiri masih rahasiaan," Zriel mendengus lalu kembali menulis di essai.
"Jahat ya."
"Selama ini udah tau soal Geo, malah diem-diem aja."
Beberapa dari mereka menambahi cibiran. Keempat sahabat Geo hanya bergeming tanpa suara. Bukan soal rahasia, tetapi ini terlalu rumit untuk diberi tahu. Ini termasuk aib, dan nggak sembarangan dapat disebar. Mereka hanya menjaga perasaan Geo.
"Sudah-sudah, kok jadi ribut?" Sensei Yuki bersuara, kembali membagikan kertas ke barisan lain. "Reen kembali ke meja, yang lain langsung kerjakan!"
Akhirnya suasana kembali damai. Semua langsung menuruti perintah Sensei Yuki.
Zahid menengok lagi ke meja Geo. Tersenyum kecil, seakan senyum itu disunggingkan pada Geo.
"Selamat ujian Ge, semoga hasilnya memuaskan."
💨💨💨
"Nggak baik Za terlalu larut," tegur Kak Ardy menatap miris Zahid.
Zahid dan Kak Ardy ada janji bertemu di cafe Coger sepulang Zahid sekolah. Tentu ingin membahas misi itu, soal Geo, Kak Ardy juga sudah mengetahuinya. Menurut Zahid Kak Ardy juga perlu tahu.
"Abisnya tuh___"
"Bukan Za," potong Kak Ardy. "Lo terlalu digilai sama penyesalan sampai nggak sadar Geo tuh masih hidup Za, masih jadi sahabat lo. Dia hanya lagi terpuruk, tapi gue yakin perempuan sekuat Geo pasti bisa segera sembuh. Pasti akan ada keajaiban."
"Keajaiban?"
"Lo percaya kan Tuhan akan mengabulkan doa hambanya? Kenapa lo nggak ganti penyesalan itu dengan sebuah doa? Coba aja lo selalu berdoa, minta bantuan sama Tuhan semoga suatu hari Geo bisa sembuh kembali. Pasti dari balik doa, akan akan keajaiban yang datang."
Kenapa Zahid nggak kepikiran?
"Jadi gue harus rajin-rajin d berdoa, ya?" tanya Zahid memastikan lagi.
Kak Ardy mengangguk mantap. "Pasti ada keajaiban dari sebuah doa."
KAMU SEDANG MEMBACA
End Mission (END)
Teen FictionLewat pertemuan di kelas multimedia, Zahid dan Geo berhasil membuktikan bersahabat lawan jenis tanpa melibatkan perasaan bisa terjalin langgeng. Juga lewat misi dari seseorang untuk menyelamatkan masa depan mereka keduanya jadi semakin akrab melewat...