Selamat membaca ^^
Usai Zahid pingsan tadi, Reen dan Farel langsung sigap membawa Zahid ke rumah sakit sekalian mengabarkan hal ini pada orang tua Zahid.
Kata dokter, ada obat bius yang meracuni tubuh Zahid sehingga ia pingsan. Namanya cloroform kalo nggak salah. Kedua temannya juga bingung kenapa Zahid bisa keracunan? Apa ada yang sengaja?
Sekarang Zahid tengah tertidur pulas di ranjang rumah sakit, di ruangan ada Reen, Farel dan juga Zean yang menunggunya.
Zean terus mondar-mandir gelisah sejak mengetahui Zahid keracunan, membuat Reen yang melihatnya jadi puyeng sendiri.
"Om udah dong, nggak pegel?"
Farel meremas kencang paha Reen sambil melotot. Memprotes ucapan Reen yang terdengar tidak sopan.
"Sakit woi, gilaa," ringis Reen mengusap pahanya yang merah.
"Nggak biasanya lho Zahid begini..." Zean menatap Zahid sedih.
"Udah Om, mungkin Zahid cuma kecapean," ujar Farel coba menenangkan.
"Ya udah, udah malam juga. Kalian pulang aja."
"Nggak papa sendiri?"
"Iya, tenang."
"Ya udah kita pamit ya." Kemudian Reen dan Farel menyalami Zean. Dan pulang ke rumahnya masing-masing.
Reen melirik Zahid sekilas, berharap esok Zahid sudah sembuh, agar besok ia bisa nyontek PR matematika di awal pagi.
"Pokoknya besok harus sembuh Za."
💫💫💫
"ZA YAAMPUN KENAPA BISA PINGSAN?!" teriak Zehra saat Zahid baru sampai.
Zahid mencium sekecup pipi Zehra, membuat Zean yang melihatnya jadi memutar bola mata pusing. Ini tuh sapaan Zahid kalau baru bertemu Mamahnya, bukannya salim malah ganjen sama Mamah sendiri.
"Udah baikan." Zahid melepas sepatu berjalan menaiki tangga.
"Besok kamu harus makan bawaan rumah aja Za," pesan Zean, Zahid mengangguk nurut.
Kemudian ia menutup pintu kamar, merebahkan tubuhnya yang sudah habis tenaga.
Diam-diam sudut bibirnya masih membentuk senyuman. Mengingat cara Papah yang begitu sangat menghawatirkan dirinya. Papah memang penuntut, tapi sebetulnya ia adalah sosok surganya Zahid di dunia.
Zahid cuma bisa berharap, suatu saat Papah bisa berubah pikiran.
💫💫💫
Selesai membersihkan seluruh tubuhnya, Zahid mengucek-ngucek rambutnya yang masih basah lalu membuka jendela kamar menyilakan angin malam masuk mendinginkan ruangan kamarnya.
Soal pingsan tadi, sebetulnya Zahid bingung. Kenapa tiba-tiba ia bisa pingsan? Padahal sebelumnya, kesehatan ia aman-aman saja. Tadi juga Papah nggak bilang apa-apa, cuma bilang efek kecapean saja. Sudahlah.
Belum ngantuk, Zahid memilih untuk duduk di balkon kamarnya. Menyendiri di malam seperti ini adalah kenyamanan bagi Zahid. Namun, saat ia menengok ke pagar rumah, tak sengaja menangkap keberadaan seseorang.
Ia memajukan lagi penglihatannya guna memperjelas apa yang ia lihat. Masih sama, seseorang yang belum diketahui jenis kelaminnya itu menatap lurus rumah Zahid. Seolah ada niatan jahat.
"Kok gue merinding sih...."
"Ini gue halusinasi lagi apa...."
"Coba gue panggil."
KAMU SEDANG MEMBACA
End Mission (END)
Teen FictionLewat pertemuan di kelas multimedia, Zahid dan Geo berhasil membuktikan bersahabat lawan jenis tanpa melibatkan perasaan bisa terjalin langgeng. Juga lewat misi dari seseorang untuk menyelamatkan masa depan mereka keduanya jadi semakin akrab melewat...