Hai, ngomong-ngomong selamat tahun baru Islam ya.Hari ini lanjut baca yuk.
Selamat membaca ^^
Soal rencana Hoon, mau dia berniat licik atau sekalipun ingin coba mengambil Geo darinya, Zahid coba untuk bersikap biasa saja. Meskipun sebenarnya, sejak semalam ia dilanda gelisah, gelisah takut tidak bisa menjaga amanah itu.
"Jangan biarin Geo dekat sama laki-laki selain kamu."
Zahid menghirup dalam-dalam udara di sekitar Horikoshi, meyakinkan dirinya, bahwa ia mampu menjaga amanah itu.
Zahid membuka kedua sepatunya, dan berjalan menuju loker. Baru saja langkah Zahid tiba di depan pintu, dirinya sudah dikejutkan dengan pemandangan tak mengenakan di pagi hari.
Geo sama Hoon.
Lagi ngobrol asik banget sepertinya.
Seharusnya Zahid yang ada di posisi itu saat ini.
Menahan emosi, Zahid memilih untuk melanjutkan langkahnya. Sampai tepatnya ia berhenti di depan mereka, meletakkan sepatu tanpa sekilas pun melempar pandangan ke mereka. Namun, karena jaraknya dengan Geo hanya terpaut berapa cm. Zahid meluangkan sebentar waktunya untuk berbisik di telinga Geo.
"Mau marah sampe kapan? Inget, kita punya misi yang harus selesai dalam waktu dua bulan."
💫💫💫💫
Biasanya setiap satu bulan sekali, Horikoshi selalu mengadakan seminar khusus untuk kelas sepuluh. Sekadar menambah wawasan dan motivasi saja sih. Pematerinya pun tidak asal, pihak sekolah memanggil motivator terkenal atau bahkan pemateri dari orang Jepang langsung. Apa saja sih materi yang disampaikan? Macam-macam, kadang motivasi semangat meraih mimpi. Tapi yang lebih seringnya membahas tentang desain grafis, dunia film dan animasi. Nah khusus untuk animasi, biasanya animator dari Jepang langsung yang mengisi materi. Kegiatan ini adalah rencana dari Pak Yuki. karena katanya, kelas sepuluh harus lebih mendalami banyak ilmu. Khususnya ilmu multimedia.
Hari ini seminar itu berlangsung, dan kelas Geo kebagian jadi tempat untuk seminar. Dari seluruh kelas sepuluh akan digabungkan.
Berapa menit lagi seminar akan dimulai, Geo sudah stay duduk menantikannya karena materi seminar ini sangat menarik baginya. Sesekali melempar senyum pada murid dari kelas lain yang Geo kenal.
"Geo?"
Geo mendongak ke si pemanggil, mendapati Hanres tersenyum lebar ke arahnya. Dasar, cowok yang satu ini kenapa selalu bikin Geo jingkrak-jingkrak. Padahal tampilannya sama seperti biasa, tapi gantengnya itu lho tiada hari makin bertambah. Sebisa mungkin Geo menahan dirinya agar fobia ini tidak kumat seperti sama Kak Ardy beberapa hari yang lalu.
Ada yang sama punya fobia jadi gila karena lihat cowok cakep kayak Geo?
Hanres melirik ke kursi di samping Geo yang tak berpenghuni. "Gue boleh duduk situ?"
"Geo?"
Geo mengerjap sekali, melirik ke kursi Zahid yang memang kosong entah ke mana. Ini 'kan kursi Zahid? Tapi, ini lagi kelas gabungan. Toh nggak apa-apa dong, lagi pun ia sama Zahid masih bertengkar.
Geo menarik kursi itu yang masih menyatu sama meja. Menepuknya sekali, menitahkan Hanres duduk.
"Duduk Res."
Hanres duduk dengan senang hati. Melihat-lihat setiap sudut kelas Geo yang mulai ramai, namun tidak pengap.
"Ngomong-ngomong ni kelas adem banget ya, nggak kayak kelas gue," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Mission (END)
Teen FictionLewat pertemuan di kelas multimedia, Zahid dan Geo berhasil membuktikan bersahabat lawan jenis tanpa melibatkan perasaan bisa terjalin langgeng. Juga lewat misi dari seseorang untuk menyelamatkan masa depan mereka keduanya jadi semakin akrab melewat...