Hai, selamat malam kalian ^^
Hari ini aku bisa update lagi hehe.
Selamat membaca ya (✿^‿^)
Malam ini Zahid tengah berada di mall ditemani oleh Geo. Mamah tadi memaksa Zahid agar segera beli baju harian, baju cowok itu di rumah sudah banyak yang kekecilan. Ya sudah, dari pada rewel lebih baik Zahid nurut saja. Lagi pun ia senang bisa keluar sama Geo.
"Za, ini bagus. Ambil ya?" Geo menunjukkan saat
Zahid hanya mengangguk-angguk, membiarkan Geo yang memilih sesuka hati. Jadi tuh seakan saat ini Geo berperan jadi Mamahnya Zahid sementara. Toh Zahid malah suka.
"Za sebanyak ini, gapapa?" tanya Geo menenteng baju lebih dari sepuluh.
"Mamah kalo nyuruh beli nggak tanggung-tanggung Ge, biar banyak sekalian."
"Oh, ya udah ayo langsung bayar ajak."
"Lo nggak mau beli sekalian?"
Geo menggeleng. "Nggak dulu deh."
"Gimana kalo kita." Zahid mengambil dua buah kupluk hitam bergambar matahari yang terjejer di sampingnya. "Ini? Biar couple."
Geo malah mengambil kupluk berwarna sama, namun gambarnya yang ini berbentuk hati. "Yang love aja."
Zahid memelas seketika. "Ge, yang bener aja..."
Geo mencubit gemas pipi Geo seraya memasangkan kupluk itu di kepala Zahid. "GANTENG BANGET!"
Mendengar pujian itu membuat Zahid ingin melayang ke udara. Lantas memakaikan juga kupluk itu rambut Geo yang terurai. "CANTIK BANGET!"
"Kawai, ish foto ayo Za."
"Ayo, di luar aja."
Mereka pun berjalan ke kasir untuk membayar belanjaannya.
"Ge, nanti beli es____"
Brukk.
Zahid tak sengaja menabrak seseorang sehingga barang bawaan orang itu berjatuhan di lantai.
"Eh?"
"Kalian?"
Pertemuan tidak diduga ini membuat keduanya sama-sama kaget. Tapi mungkin di sini yang kaget betul adalah Zahid, bertemu sosok motivasinya yang slalu hanya ia lihat dibalik layar, sekarang Zahid masih setengah berpikir bahwa ini adalah halusinasi.
"Kak Ardy?"
Sosok bernama Ardy itu tersenyum hingga menampilkan lesung pipinya.
"Nggak nyangka yah," ujarnya.
"Iya Kak..."
Sudah Zahid pastikan, ini adalah asli. Bukan lagi halusinasi apalagi imajinasi. Iya, ini betul Kak Ardy, sosok yang selalu Zahid kagumi.
Tiba-tiba sebuah tangan tertaut di tangan kiri Zahid, Zahid dapat rasakan dingin dan gemetarnya tangan ini. Siapa lagi kalau bukan tangan Geo, tangan kuntilanak? Nggak mungkinlah. Hmm.
"Ambis, kayaknya gue tiga detik lagi pingsan deh."
Zahid memiringkan kepalanya berapa derajat. "Kenapa? Lo sakit?"
"Za ini didepan kita beneran manusia? Bukan pangeran?"
Zahid mencubit kecil telapak tangan Geo. "Ge please deh, jangan malu-maluin."
Mendadak Napas Geo terengah-engah, mata merem melek seolah sedang memastikan apa yang ia lihat, begitupun kaki serta tangannya yang gemetaran hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Mission (END)
Ficção AdolescenteLewat pertemuan di kelas multimedia, Zahid dan Geo berhasil membuktikan bersahabat lawan jenis tanpa melibatkan perasaan bisa terjalin langgeng. Juga lewat misi dari seseorang untuk menyelamatkan masa depan mereka keduanya jadi semakin akrab melewat...