Selamat malam ^^
Hari ini kita ketemu sama Zahid. Hehe.
Yuk, langsung baca 👇
Geo : gue ngambek sama lo, selama-lamanya!
Setelah pesan singkat berisi ungkapan yang Geo kirim kemarin sore, kini Geo tak ada kabar lagi. Jangan membalas pesan Zahid, dilirik saja tidak. Sebetulnya ada apa? Perasaan mereka akur-akur saja deh tidak ada pertengkaran. Tapi apa yang membuat Geo marah padanya? Bahkan sampai bilang selama-lamanya, Zahid 'kan jadi dilanda gelisah. Tapi semoga ungkapan itu sekadar gurauan saja, tau sendiri, Geo 'kan gadis nggak jelas sepanjang sejarah.
Pokoknya pagi ini ia harus bicara pada Geo, semoga ia sudah datang.
Zahid meletakkan sepatunya di loker, dan mulai menaiki tangga menuju kelasnya.
"Za."
"Eh, Reen."
Zahid dan Reen menaiki tangga bersama di koridor yang lumayan sudah ramai. Kebiasaan anak Horikoshi memang seperti ini, murid dibiasakan untuk datang lebih awal, setiap pagi ada jadwal kebersihan yang dilakukan secara bergantian. Sistem di sekolah ini mengikuti sistem seperti di sekolah Jepang. Maklumlah, ini Horikoshi 'kan gedung yang dibangun oleh orang Jepang.
"Tadi gue liat Geo sama si Korea itu, mereka pacaran kah?" adu Reen sambil merapikan ujung seragamnya.
Alis Zahid terangkat. "Kak Hoon maksud lo?"
"Iya, dia."
Hoon ... dasar keras kepala!
💫💫💫
Geo beneran ngambek pada Zahid, bukan dibuat-buat seperti yang Zahid kira. Tadi saat pelajaran berlangsung Geo mendiami Zahid meski nggak sampai pindah tempat duduk. Tapi tetap saja ia nggak nyaman diam-diaman begini sama Geo, berulang kali Zahid meganggu Geo namun Geo tetap tak menanggapi sepeserpun. Saat ditanya apa alasannya, Geo cuman suruh Zahid mikir.
Sekeras apapun Zahid berpikir tetap saja ia tidak menemukan apa jawabannya. Cukup, mungkin kalau disuruh memecah rumus walau sesulit apapun Zahid tetap bisa menyelesaikannya. Tapi kalau ini, Zahid pasrah.
Sekarang Geo tengah berada di UKS, katanya lagi puyeng sehabis mengerjakan empat puluh soal fisika, jadi otaknya melemah makin mengecil, padahal kerjaan cewek itu tadi hanya menyalin. Sudah Zahid bilang 'kan? Cewek itu cewek teraneh sepanjang sejarah.
Setelah sampai di depan ruang UKS, Zahid membuka pelan pintu itu. Dugaan Zahid betul, cewek itu tengah rebahan dengan handphone miring, paling lagi nonton drama Korea atau Jepang.
Zahid mendekati Geo, dalam satu gerakan Zahid berhasil merampas handphone yang lagi Geo pegang.
Bukannya memelik seperti biasanya, Geo malah diam memasang wajah datar.
"Gee, ayolah," rengek Zahid.
"Gue bilang, gue lagi marah sama lo ambis! Se-la-ma-nya!" jawab Geo penuh penekanan.
"Salah apa? Nggak usah ngajak teka-teki deh..."
Geo mendongak, menatap wajah Zahid penuh kekesalan. "Atas dasar apa lo larang Kak Hoon?"
Zahid tersentak, rupanya Geo sudah tau. Zahid pikir hal ini nggak akan diketahui oleh Geo, tapi Zahid salah.
Sebisa mungkin Zahid bersikap biasa saja. "Jadi lo udah tau?"
"Kalau gue gak tau, lo mau bertindak kayak gini selamanya, gitu?"
"Iya."
Kalimat Zahid barusan membuat amarah Geo berkecamuk.
"Za, lo berlebihan!" sentak Geo tak bisa menahan lagi.
"Gue cuman mau jaga lo aja kok."
"Enggak! Lo berlebihan! Lo bertindak seolah kita ada hubungan lebih Za."
"Ya udah kita pacaran aja," enteng Zahid.
"ZA!" pekik Geo.
"Apa??"
Cukup, kali ini kepala Geo rasanya mau meletus. Zahid sudah keterlaluan melebihi batas.
"Kalau lo terus begitu gue_____"
"Terus mau lo apa?" potong Zahid. Jujur, walaupun ini kesalahannya, tapi Zahid nggak mau sampai bertengkar sama Geo.
"Kita kayak dulu aja." Geo bangkit, mengambil HP-nya dari tangan Zahid. "nggak usah saling kenal," ucapnya lalu meninggalkan Zahid yang dibuat bergeming dengan pikiran mendadak kosong.
💫💫💫💫
Selama berteman dengan Geo, ini pertama kalinya Zahid mendengar Geo bicara seserius ini padanya. Menandakan Geo betul-betul marah besar padanya, Geo, gadis yang biasanya dipenuhi oleh kehumorisan, hari ini mendadak berubah hanya karena hal ini. Zahid sadari sih, dirinya memang berlebihan, Zahid sadar beberapa hari ini sudah keterlaluan pada Hoon. Zahid juga nggak sopan menuduh Hoon sekejam ini.
Ketahuilah, Zahid hanya ingin menjaga amanah yang belum lama ia janjikan pada sang Ayah Geo. Meski Zahid sadari tindakannya salah dan kelewatan.
Tapi, semoga ucapan Geo tadi tidak serius. Semoga ucapan itu hanya sekadar refleks dari kemarahan Geo.
Zahid tidak mau persahabatan dengan Geo berhenti di tengah jalan.
Karena sudah menyadari, sepulang sekolah Zahid mengajak Hoon ketemuan untuk meminta maaf. Supaya pertengkaran ini segera selesai.
Zahid melangkah masuk ke perpustakaan, dan mendapati Hoon sudah duduk membaca manga.
"Kak." Zahid duduk di depan Hoon.
"Ada apa?" tanya Hoon tak mau basa-basi.
"Soal itu." Zahid memain-mainkan jarinya, ditenggelamkan rasa grogi. "Gu-gue minta maaf."
Hoon tersenyum tipis. "Nggak apa-apa Za, itu wajar kok."
"Saking wajarnya, kamu sampai menuduh saya secara berlebihan," imbuh Hoon, yang juga rupanya tak kalah kesal dari Geo.
Zahid melengos, belum sedetik Hoon lho Hoon bilang ini wajar. Dasar labil.
"Tadi lo yang bilang sendiri 'kan kalau ini wajar, karena gua hanya berusaha untuk jaga dia aja kok. Gak lebih."
"Tidak." Hoon menyanggah. "kamu suka ya sama Geo?"
Deg.
Tuduhan macam apa ini. Saking lucunya Zahid tertawa.
"Kok jadi ke situ coba..."
"Ya udah kalau gitu." Hoon merapihkan buku-buku, ditaruhnya di dalam tas. "kita liat nanti," ucapnya ada makna tersembunyi.
"Maksud lo?"
Hoon tak menjawab. Ia berbalik meninggalkan Zahid sambil tersenyum penuh arti.
Oh.
Mau main-main ceritanya sama Zahid?
"Gue terima."
Kira-kira Hoon punya rencana apa ya?
Next ku update secepatnya.
Terima kasih sudah baca (◔‿◔)
KAMU SEDANG MEMBACA
End Mission (END)
Teen FictionLewat pertemuan di kelas multimedia, Zahid dan Geo berhasil membuktikan bersahabat lawan jenis tanpa melibatkan perasaan bisa terjalin langgeng. Juga lewat misi dari seseorang untuk menyelamatkan masa depan mereka keduanya jadi semakin akrab melewat...