51. Projek

0 0 0
                                    

Happy reading 。◕‿◕。


Perpisahan memang bukanlah akhir dari segalanya. Namun jalan awal dari terbentuknya kesepian.

"Geo hanya ingin memulai hidup baru, kita nggak berhak suruh dia kembali."

Perkataan Farel masih terngiang jelas di telinga Zahid. Meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin, tetap saja Geo tidak bisa teralihkan dari pikiran Zahid.

Cewek itu sudah makan? Sedang apa dia? Bagaimana dengan hidupnya sekarang, apakah bahagia dan dapat berdamai dengan diri sendiri? Ah, cewek itu benar-benar menguras pikirannya dan pergi tanpa tanggung jawab.

Dasar tidak tahu diri.

Tapi apakah kamu tau? Zahid sudah dapat menjalani hari-hari dengan normal tanpa stres atau larut dalam penyesalan, pelan-pelan Zahid coba untuk bisa ikhlas menerima perpisahan Geo. Tapi tak luput, ia juga selalu mendoakan keselamatan bagi Geo.

Karena Zahid yakin, masih ada keajaiban yang belum Tuhan beri.

"Rasa coklat ya Masnya?"

Zahid tersenyum mengangguk, menerima es cream coklat pesanannya. Setelah healing mengunjungi beberapa tempat, Zahid memutuskan istirahat di taman kota. Ini sudah jam sepuluh siang, namun cuaca masih bersahabat, tidak panas dan hanya awan putih yang belum tau hujan akan turun atau tidak.

Sembari menjilati es creamnya, ia mengambil boneka Koro sensei yang ia beli di toko boneka tadi. Niatnya boneka ini suatu hari akan ia beri jika bertemu dengan Geo.

"Wah lucu bonekanya."

"Eh, Chelly?" Zahid berhenti menelan es creamnya. Menatap Chelly yang tampil cantik menggunakan bando kelinci dengan rambut masih basah.

"Boleh duduk?"

"Eh iya, duduk."

Chelly pun duduk di samping Zahid.  Pandangannya  belum juga berkedip, terus memandang Chelly  terpukau. Meskipun dia masih terlihat bocah, namun Zahid selalu dibuat terpana dengan kecantikannya.

"Ditinggal sahabat, pasti berat ya Zahid rasanya," ucap Chelly.

"Pasti, tapi gue udah ikhlas kok."

"Zahid?" Chelly memiringkan badan sepenuhnya menatap mata Zahid. "Lama kita nggak bertemu, sebetulnya Chelly nggak menghindar. Chelly hanya nggak mau memperkeruh suasana."

"Eh?" Alis Zahid terangkat.

Tiba-tiba Chelly tertunduk diam, matanya berkaca-kaca. "Maaf Zahid,  kalau waktu itu Chelly nggak ajak Zahid pergi, pasti kejadian itu nggak akan menimpa Geo."

Zahid mendengus. "Kalo Geo tau masih ada yang merasa bersalah atas kejadian itu, lo pasti dibunuh."

"DIBUNUH??" Chelly memelotot lebar.

Reaksi itu sontak membuat Zahid bertambah gemas, ia mengacak pelan rambut Chelly. "Lo nggak salah Chell, jangan menyalahkan diri lagi. Geo nggak mau dengar itu."

Bukannya mengangguk, Chelly malah tertawa kecil.

"Deh malah ketawa."

"Zahid sadar nggak sih, Zahid udah cinta mati tau sama Geo," katanya sok tahu.

Zahid terkekeh tak serius menanggapi lelucon ini. "Sok tau anak kecil."

"Zahid, Chelly tau lho gimana kemarin-kemarin perasaan Zahid waktu Geo pergi. Semua itu jelas, tanpa Zahid sadari Zahid udah mencintai Geo sedalam itu," kali ini Zahid serius menanggapi sampai terdiam beberapa detik.

End Mission (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang