22. Nggak ada kabar

0 0 0
                                    








Gadis itu memarkirkan motornya, lalu berjalan memasuki area pemakaman. Menghampiri batu nisan yang tertulis nama "Amanda". Ia berjongkok, menatap lama batu nisan itu, tidak bisa dipungkiri besar rasa rindunya terhadap surga dunianya yang sudah dua tahun pergi. Sungguh hampa hidupnya setelah kepergian sang Bunda.

Sebentar ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ya, hanya ada ia seorang di sini. Jadi ia bisa puas berbicara tanpa ada bisikan orang yang menganggapnya gila.

Ia mencabuti rerumputan yang sudah mulai tumbuh panjang, membuang dedaunan kering yang jatuh dari pohon serta melempari batu-batu kecil yang entah asalnya dari mana. Padahal belum lama ia berkunjung ke sini, makam ini masih terlihat bersih namun baru ditinggal berapa Minggu saja kotornya sudah nauzubillah.

Selesai membersihkan, ia menaburkan bunga yang ia beli di pasar tadi. Lalu menatap lagi batu nisan Bunda. Siap mencurahkan segala keluh kesahnya yang sudah tak tahan hidup di bumi. Pengin nyusul Bunda, namun Tuhan belum mengizinkan.

"Bund, kangen."

"Aku tinggal lagi di Jakarta, mau ketemu dia. Boleh ya Bund?"

"Sekalian mau balas dendam sih..."

"Kita itu udah di buang, kita itu cuma sampah di mata dia."

"Tapi aku pengin kembali lagi ke pemilik sampah, bolehkan?"

"Seharusnya kita buktiin, kalau kita dibuang itu bukan layak buat jadi sampah."

"Aku juga punya hak Bunda." Ia menyeka air matanya yang tau-tau sudah banjir. Jawaban-jawaban itu selalu ia ingat ketika dulu ia mengeluh pada Bunda.

"Aku punya hak untuk kembali kapan aja kan??"

"Andai Bunda tau, di sini aku kesepian. Berasa bumi tuh gak kasih izin aku buat numpang hidup."

"Kalau kamu lagi kesepian, kamu peluk aja Chaplin . Anggap itu Bunda."

"CHAPLIN ITU CUMAN BONEKA BUNDA, MAKHLUK MATI YANG CUMA JADI PENENANG TAPI NGGAK BERGUNA. PAHAM GAK SIH??!"

Eh.

Sadar perkataannya tadi terdengar tidak sopan, ia termenung, tidak sepatutnya ia berbicara sekasar ini. Ia memerosotkan bahu lesuh, sorot wajahnya terlukis kosong, matanya sayu, seluruh jiwanya tidak ada gairah menjalani hidup.

Dari sekian banyak manusia, kenapa harus ia yang merasakan kesepian? Kenapa sulit sekali menerima seseorang yang coba datang ke kehidupannya?

Terkadang, efek kesepian bisa membuat seseorang putus semangat.

"Ehmmm."

Ia mendongak, mendapati laki-laki cupu itu menyusulkan. Terkekeh kecil saat melihat kaca matanya terbalik.

Sudah puluhan kali ia selalu menolak cinta dari laki-laki ini, namun entah apa yang membuatnya tidak pantang menyerah menghadapi penolakan darinya. Laki-laki ini patut diacungkan jempol.

"Mau sampai kapan sih gengsian? Gue tau lo butuh gue," katanya dengan tingkat pede tinggi.

"Masih syarat yang sama."

End Mission (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang