Happy Reading ^_^
Zean masuk ke ruang Zahid, menenteng dua kantong plastik Alfamart.
"Kak Zey pulang?" .
"Iya, besok masuk pagi katanya."
Zahid manggut-manggut lalu mengelap lagi wajahnya yang setengah basah. Zean mendorong kursi untuk lebih ke brankar Zahid sambil membuka minuman kaleng berjenis susu beruang.
"Kamu lagi ada masalah sama siapa?" tanya Zean siap mengintrogasi.
"Dari kemarin kenapa pada nanya itu terus sih?" Zahid balik tanya dengan nada sedikit sewot.
"Kamu tinggal jawab apa susahnya?" balas Zean tak kalah sewot.
Zahid membuang napas. "Ya karena Zahid emang nggak punya masalah sama orang. Selama ini tenang-tenang aja."
"Oh ya?" Alis Zean terangkat, menangkap respons tak percaya. "Terus maksud kejadian ini apa? Orang itu nyaris bikin kamu mati lho Za. Yakin nggak ada masalah?" tegas Zean.
"Zahid nggak tau Pah..."
"Tolong jujur dong Za," ucap Zean terdengar mendesak.
"Zahid emang gak tau serius. Beberapa hari terakhir Zahid emang sering dapat teror berturut-turut dan___"
"Kenapa baru bilang?" potong Zean seketika marah.
Zahid melengos panjang. "Ya ini kan Zahid juga baru sadar."
Obrolan yang belum ada sepuluh menit itu, sudah memberikan dampak yang cukup tidak mengenakan.
Zean meletakkan minuman kalengnya di meja. Menatap Zahid lekat. "Papah sayang tau sama kamu."
"Semua juga tau."
"Kalo ada apa-apa tolong terbuka ya? Kita saling berbagi dan selesaikannya sama-sama. Kamu udah dewasa, Papah nggak mau hubungan Papah sama kamu jadi asing."
Filosofis apa yang baru Zey sampaikan pada Zean? Biasanya Zean kalau sadar sesuatu, itu pasti habis ditegur.
Tapi tetap saja semenjak kejadian itu, Zahid jadi sulit terbuka sama Zean.
"Iya Pah..."
"Setelah kamu pulang dari sini, nanti akan ada polisi yang mau mengintrogasi kamu. Tolong kamu jawab jujur apa yang kamu tau ya." Seketika Zahid tercengang.
"Nggak perlu serepot ini Pah sampai manggil polisi." Zahid rasa, ini tindakan yang berlebihan.
"Kamu kira Papah akan diam aja gitu ngeliat anak Papah mau dibunuh orang? Tentu enggaklah!" Akhirnya kalimat Zean berseru keras. Keluarlah jiwa seorang Ayah.
"Maksud Zahid___"
"Lagi pula ini termasuk kasus percobaan pembunuhan."
Zahid terdiam menyadari, ini memang bukan kasus biasa. Tindakan Zean adalah tindakan yang seharusnya. Zahid coba untuk mengerti kali ini.
"Oh ya, Papah tadi beli sushi di pinggir jalan," ujar Zean mengeluarkan sekotak sushi dari plastik.
"Dipinggir jalan ada yang jual ini?"
Zean mengangguk. "Dan rasanya lebih enak dibanding di restoran. Cobain deh," suruhnya memberi dua sumpit pada Zahid.
Zahid mencomot satu sushi itu.
"Enakan?"
" Enak," responsnya mengunyah penuh nafsu.
"Ini isi udang pedasnya lebih enak," kata Zean mencomot satu sushi isi udang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Mission (END)
Teen FictionLewat pertemuan di kelas multimedia, Zahid dan Geo berhasil membuktikan bersahabat lawan jenis tanpa melibatkan perasaan bisa terjalin langgeng. Juga lewat misi dari seseorang untuk menyelamatkan masa depan mereka keduanya jadi semakin akrab melewat...