45. Mudah terperdaya

0 0 0
                                    

Happy reading:^

Agak deg-degan nulis part ini  ._.


Zahid melangkah semangat menuju ruang kelasnya, jam masih pukul 06.00 kurang namun Zahid sudah berangkat lebih awal demi mengejar jam belajarnya yang tertunda semalam. Sesampainya di kelas sudah ada tiga murid yang datang. Biasanya yang datang lebih dulu karena memang jarak rumahnya dengan sekolah jauh, jadi mereka berangkat sepagi mungkin agar tidak terlambat.

Zahid menyapa ketiga temannya, lalu menarik kursinya dan duduk sambil membuka buku pelajaran fisika. Hari ini ada ulangan fisika, walau tak perlu dihafal lagi, tapi Zahid ingin mempelajarinya agar nilainya mendarat sempurna.

Saat membuka tempat pensil, semuanya kosong. Zahid menghela napas sudah bisa menduga siapa yang menculik alat tulisnya. Sudah pasti Jessie, kadang Jessie suka meminjam alat tulis Zahid sampai menginap berhari-hari dan akhirnya Zahid juga yang akan menagih kembali.

Zahid menengok ke belakang, meja Jessie masih kosong, ya memang Zahid tadi sengaja berangkat tidak menunggu Jessie karena tidak mau dia buru-buru.

Zahid berjalan ke barisan depan, di mana ada Zriel kawannya di kelas. Terpaksa ia meminjam pensil dulu sampai menunggu Jessie tiba.

"Zriel, pinjam pensil ada?"

💨💨💨

"Jessie tunggu."

"Jessie, kamu jangan pura-pura lupa ya, sama janji kamu."

"Kalo nggak karna kejadian itu, kamu nggak mungkin sekarang hidup bahagia sama Papah kamu."

Jessie akhirnya berhenti melangkah, agak tersinggung dengan perkataan bocah kecil ini. Mau tak mau ia berbalik, memutar bola mata jengah sambil menyibakkan rambutnya yang gerah.

"Mau lo apa sih?"

Sosok berponi dengan ciri wajahnya yang seperti anak TK itu tersenyum lebar. "Chelly mau tagih janji kamu aja kok."

"Dan gue nggak pernah janji apa-apa sama lo," sungut Jessie.

"Kamu jangan pura-pura bodoh gitu dong, jelas-jelas kamu janji mau deketin Chelly sama Kakak kamu Zahid. Setelah Chelly menyetujui rencana kamu."

"Zahid juga nggak suka sama bocah kayak lo."

"Ya itu urusan kamu, paksa dia supaya jadi pacar Chelly."

Apa katanya? Paksa?

Orang kalau sudah kenal cinta suka begitu ya, rela menurunkan harga diri.

Jessie mendengus malas, tak ada waktu buat meladeni bocah ini, memutuskan untuk berbalik dan melanjutkan langkahnya ke kelas.

"Oh gitu? Ya udah lihat aja nanti, rencana Chelly selanjutnya."

Langkah Jessie terhenti, mendadak curiga dengan ucapan Chelly. Namun sadar hanya membuang waktu, Jessie mengangkat baju acuh, kembali melangkah.

Sementara Chelly hanya memasang ekspresi kesal sambil mencengkram tangannya sekuat baja.

💨💨💨

"Kalian pernah cobain makanan seafood yang diujung samping Mba Fumika nggak?" tanya Reen setelah meletakkan satu mangkuk sotonya di meja.

Zahid dan Farel mengikuti arah pandangan Reen ke arah masakan seafood yang baru buka belum ada seminggu.

"Kemarin gue cobain punya Ilham. Kenapa?" sahut Farel menyendok pelan-pelan Dimsumnya karena masih panas.

Reen lantas memelotot keheranan. "Lah, lo nggak takut Rel?"

End Mission (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang