"Dino?" gumam Sean.
"Pencuri!" teriak Dino, sembari berlari menjauhi Sean.
Sean memelototkan mata besarnya, ketika dia mendengar suara langkah kaki orang-orang menuju ke arahnya. Dia langsung memasukkan senjata api miliknya ke saku. Padahal niat Sean adalah kabur tanpa ketahuan. Namun sekarang, semua langkah kaki mulai melangkah ke arahnya. Bersamaan dengan langkah kaki Dino yang menjauhinya, sekaligus berteriak memanggil penjaga, "Pencuri yang sedang menyamar ada di sini!"
"Dia... dia... dia... mengendap-endap lewat jalan samping toko!" teriak Dino.
Sebelum Dino berteriak semakin kencang, Sean langsung membungkam mulut anak itu. Dia berhasil mengejar Dino, kemudian menggendong tubuhnya selayaknya bayi koala. Sean bahkan menyumpal mulut Dino dengan sebuah kain, untuk melarikan diri bersamanya.
"Bagaimana bisa anak ini ada di sini, pukul tiga sore? Seharusnya dia pergi les!" gerutu Sean sembari mengernyitkan kening.
Dino berusaha untuk melepaskan diri dari gendongan Sean. Namun, cengkeraman Sean pada tubuhnya begitu erat. Pria itu membawa Dino masuk ke sebuah mobil, sampai akhirnya Dino menggeleng-gelengkan kepala, dan memuntahkan kain di mulutnya.
"Pencuri s*lan! Mau apa kau ikut membawaku bersamamu?!" tanya Dino kesal.
Sean menggeleng-gelengkan kepala, sembari melepas satu kancing di bagian lehernya. Dia meminta sopir pribadinya mempercepat mobil, sekaligus membukakan jendela mobil.
Untuk beberapa saat, Sean hanya menarik dan mengeluarkan napas panjang, tanpa mempedulikan gerutuan Dino.
"Pencuri br*ngsek! Jelek! Bau! Kotor! Lepaskan aku s*alan!" umpat Dino sembari memukul-mukul lengan Sean.
Salah satu bawahan Sean langsung menangkap tubuh Dino. Dia sengaja menahan tangan Dino, kemudian berkata, "Tuan muda tenang dulu, jangan bersikap seperti ini, jika kau tak ingin kami jual."
Dino meludah, dan itu membuat Sean melirik langsung ke arahnya. Keempat mata kembali bertemu, Sean mencoba untuk tetap bersabar menghadapi Dino. Sementara Dino sendiri mulai mengancam, "Cepat lepaskan aku. Ibuku adalah seorang dokter ternama di kota ini! Dia memiliki banyak kenalan, yang bisa menjebloskan kalian dalam satu kali ucapan saja!"
Sean malah menyangga pipinya dengan salah satu tangan. Dia menguap, kemudian menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Sean bertanya, "Ibumu? Kalau begitu aku akan mengadukanmu, karena membolos les, lalu bermain-main di tempat yang berbahaya."
Sean melirik ke arah jendela mobil. Dia melihat pohon-pohon yang terlewati di depan matanya, sembari merasakan angin berembus memainkan helaian rambutnya. "Orang tuamu bersusah payah bekerja siang malam untuk menghidupimu. Tapi kau malah menyia-nyiakan uang dan kesempatan yang diberikan, untuk membolos dan bermain-main."
Dino langsung menutup mulutnya. Dia meremas tangannya yang dipegangi salah satu bawahan Sean. Setelahnya Dino mencoba untuk menjelaskan, "Itu... aku... aku... aku hanya berniat mengikuti ajakan Kak Jun saja... bukannya ingin membo--- tunggu, dari mana kau tahu aku membolos les hari ini?"
Pertanyaan Dino membuat para pengawal memelotot. Mereka takut identitas asli Sean terbongkar sebelum waktunya. Namun, Sean sendiri malah tampak tenang, kemudian membalas, "Kau tadi bilang, ibumu adalah dokter ternama di kota ini. Sudah pasti, anaknya akan mendapatkan pelajaran tambahan, seperti anak-anak lain dari orang tua kaya, berpendidikan di lingkungan ini."
Dino tiba-tiba menundukkan kepala. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain, kemudian membalas, "Sok tahu."
"Aku tak memiliki orang tua yang lengkap. Ayahku sudah tidak ada, dan aku hanya memiliki ibu saja. Jadi, aku tak bisa disamakan dengan orang-orang kaya itu, " jelas Dino.
Sean terdiam, kemudian menutup kelopak matanya. Dia bertanya, "Apa kau merindukan ayahmu?"
Dino membalas, "Tidak. Aku belum pernah melihatnya, jadi aku sama sekali tidak merindukannya. Lagi pula, untuk apa merindukan pria si*lan yang meninggalkan aku dan ibuku?"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]
FanfictionHidup dalam kebohongan yang digunakan untuk melindungi kesayangan. Sampai kapan Angel akan bertahan?