20. Suami Baru (1)

1.4K 163 9
                                    

"Ibu, kenapa leher ibu merah-merah?! Apa ada orang yang menjahati ibu tadi malam?!" tanya Dino.

Bukan dijahati, tetapi dimanja-manja. Angel langsung menyentuh lehernya sendiri. Dia meneguk ludahnya, kemudian menyembunyikan lehernya dengan jemari tangannya. Sebisa mungkin, Angel tersenyum tipis. Seolah-olah, hasil karya sang suami, merupakan gigitan biasa yang sering terjadi karena serangga.

Angel menjawab, "Tentu saja tidak. Sepertinya ibu digigit nyamuk, karena harus pergi ke luar untuk membuang sampah."

"Tadi malam, sampah di dapur sangat banyak, sampai baunya menusuk hidung. Ibu tak ingin mengganggumu dengan baunya, oleh karena itu, ibu pergi ke luar untuk membuangnya," jelas Angel.

Dino langsung melihat ke arah tong sampah yang sudah kosong. Dia menurunkan sudut bibirnya ke atas, kemudian bergumam, "Jangankan melindungi ibu dari penyusup. Aku bahkan tak bisa melindungi ibu dari nyamuk-nyamuk."

Angel tersenyum, melihat Dino mempercayai ucapannya begitu saja. Dia kemudian mengambil garpu dan sendok untuk sang anak. Angel membiarkan Dino memakan brokoli tanpa mengeluh. Meskipun pada akhirnya, Dino menghentikan kunyahannya. Dia mengernyitkan kening lagi, dan memanggil, "Ibu."

Baru saja Angel ingin menaruh piring di tempatnya lagi, suara sang anak langsung membuat dia berhenti berjalan. Angel berbalik, dan menyahut, "Ya? Kenapa?"

"Jika ibu membutuhkan bantuan untuk membuang sampah lagi, panggil aku! Aku tak akan membiarkan nyamuk-nyamuk nakal itu menggigit ibu lagi," ujar Dino.

Dino menaruh brokoli di piring, kemudian menggelengkan kepala. "Eh, tidak, tidak. Mulai sekarang, jika sampah sudah penuh, aku akan langsung membuangnya tanpa ibu pinta."

Setelah mengatakan hal itu, Dino tersenyum dan menghabiskan makanan yang ada di meja. Biasanya anak seusianya akan fokus pada bermain dan belajar. Namun Dino sendiri lebih ingin menjadi pelindung untuk sang ibu, seperti pahlawan yang sering dia tonton di televisi.

Tak ada hal yang lebih membuat Dino bersemangat, selain rencana untuk membuat Angel bahagia dan aman. Meskipun sesekali Dino sempat menjadi pemurung, jika dia tak diperhatikan sedikit saja. Dino suka diperhatikan, dan dipuji.

"Dino memang rajin dan pintar, " puji Angel kemudian pergi ke dapur, dengan jantung yang berdetak sangat kencang.

Semangat belajar, dan rasa penasaran yang tinggi. Sejujurnya Angel khawatir, jika Dino suatu saat nanti mulai mencari tahu tentang identitas dirinya sendiri. Anak itu begitu cekatan, dalam segala hal yang berhubungan dengan Angel. Sampai Angel menjadi resah, takut sang anak mengetahui semua rahasia keluarganya.

"Aku harus membantu Sean untuk secepatnya melepas status mafianya," gumam Angel sembari mencuci piring.

Karena rasa takut, yang membuat tangan Angel bergetar hebat. Pada akhirnya, jemari licinnya tak sengaja menjatuhkan sebuah piring ke lantai. Piring itu langsung retak, kemudian pecah menjadi beberapa bagian.

Dino langsung menghentikan makannya. Anak itu beranjak dari kursi, kemudian terburu-buru untuk melihat ke arah sang ibu.

"Tangan ibu terluka?" tanya Dino. Dino mengambil kotak obat, yang ada di lemari. Dia tak tahu bagaimana cara membalut luka, oleh karena itu dia hanya menjulurkan kotak obatnya di depan Angel, sembari menghindari pecahan piring.

Angel tersenyum, dia hanya tergores sedikit. Namun, Dino panik setengah mati. Anak itu terus memelototkan mata, melihat Angel membersihkan dan mengobati luka di tangannya seorang diri.

"Aku belum bisa melindungi dan mengobati ibu," gumam Dino.

Dino menghela napas panjang. Dia kemudian berkata, "Ibu selalu berhasil mengobati orang lain. Tapi untuk mengobati dirinya sendiri? Dia harus melakukannya seorang diri."

"Mungkin, aku memang harus mencari pria tampan, mapan, dan juga penyelamat untuk menjadi suami baru ibu, sekaligus ayah untukku," jelas Dino sembari memperhatikan ibunya membalut luka di tangannya.

Angel melirik ke arah sang anak, yang memandangnya dengan tatapan penuh selidik. Dia tak tahu, apa isi pikiran anaknya saat ini. Namun, Angel tersenyum, kemudian mengusap lembut rambut sang anak, "Setelah sarapan, segeralah bersiap-siap, kita pergi untuk berjalan-jalan seharian penuh."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang