Angel mondar-mandir di depan pintu rumahnya. Seluruh tubuhnya bergetar hebat, bersamaan dengan matanya yang berkaca-kaca. Angel tak bisa diam di rumah, menunggu Dino kembali. Namun, Sean meminta Angel untuk duduk di rumah, sementara seluruh pengawal Sean dikerahkan untuk mencari Dino.
"Ke mana Dino malam-malam seperti ini? Kenapa dia masih belum kembali?! Sean, aku merasakan hal buruk terjadi pada putra kita," gumam Angel.
Sean terus memerintah para pengawal untuk memeriksa satu persatu tempat, termasuk rumah warga. Pria itu tak mempedulikan identitasnya yang mungkin terbongkar. Karena fokusnya hanya tertuju pada Dino saja.
"Hani, kau duduk di rumah saja. Aku yang akan pergi untuk mencari anakku. Ini semua salahku. Jika saja, aku lebih cepat menangkap dan membuka pintu kamar, mungkin Dino tak akan kabur dan menghilang seperti ini," jelas Sean.
"Sean! Biarkan aku mencari Dino!" pinta Angel dengan mata berkaca-kaca. Seluruh tubuhnya masih bergetar hebat, oleh karena itu Sean membimbingnya untuk duduk di sofa. Pria itu berjongkok di hadapan Angel, sembari menggenggam erat tangan sang istri.
"Semua pengawal sudah kukerahkan. Mereka pasti menemukan Dino. Lagi pula, apa yang bisa anak dua belas tahun lakukan tanpa uang?" jelas Sean mencoba menenangkan.
"Tunggu di sini, aku yang akan mencari anakku langsung," lanjut Sean.
Tetap saja Angel tak bisa menghilangkan rasa cemas di hatinya. Dia menarik dan mengeluarkan napas panjang, dengan air mata yang membasahi pipi. Angel berkata, "Kau... bukannya kau masih merasakan sakit karena tertembak peluru? Sean, kondisimu sendiri masih belum pulih. Tolong, biarkan aku mencari anakku sendiri."
Sean tersenyum tipis, kemudian mengusap air mata yang jatuh pada pipi sang istri. Sejujurnya Sean juga khawatir, tetapi dia berusaha untuk menenangkan Angel, "Luka seperti ini tidak berat untukku. Ini hanya luka kecil. Jika menghabiskan satu malam bersamamu saja aku kuat, apalagi mencari anakku."
Angel memukul dada Sean, dan Sean mendaratkan bibirnya pada bibir sang istri. Dia berusaha untuk membuat Angel terdiam, dan tak melawan lagi. Meskipun air mata mengalir membasahi pipinya. Hingga akhirnya, Angel bisa merasakan ketakutan Sean ketika kedua bibir saling merasa satu sama lain.
Sean melepas bibirnya. Setelah itu dia langsung berdiri, dan berpamitan, "Aku pergi sekarang."
Baru saja Sean melangkah menuju pintu keluar. Sebuah nomor asing menelepon Sean. Orang yang ada di telepon tak banyak berbasa-basi. Dia langsung berkata, "Selamat malam, Tuan Sean, atau Tuan Mafia pembunuh. Anakmu saat ini denganku. Aku mengundangmu untuk pergi ke Villa Harton yang ada di sudut kota. Tentunya untuk menyaksikan anakmu kub*nuh langsung."
"Nyawa dibalas dengan nyawa."
Awalnya Sean tak percaya dengan apa yang dikatakan pria itu. Namun, dia tiba-tiba mendengar suara umpatan sang anak yang melengking di telinga. Pada akhirnya, Sean percaya dan memerintahkan para pengawal untuk bersiap-siap.
"Aku menunggu kehadiranmu pagi ini, Tuan Sean."
Setelah panggilan telepon terputus, Sean langsung memelototkan mata. Dia ingin berkata pada Angel, untuk tetap tinggal di rumah. Namun kenyataannya? Angel sudah tidak berada di sofanya lagi. Wanita itu langsung pergi, ketika orang yang ada di telepon memberitahu alamat di mana anaknya berada.
•••
Sambungan telepon terputus, dan pria-pria bertubuh besar mulai tertawa kencang. Mereka melilitkan tubuh Dino pada sebuah tiang besar, setelahnya mereka membagi tugas untuk berjaga di depan Villa lama.
"Mafia itu mungkin saja bisa bersikap sombong, dan memb*nuh orang-orang tanpa ampun! Tapi membiarkan anaknya dib*nuh? Itu tidak mungkin."
"Selama ini dia menyembunyikan kelemahannya dengan berpura-pura tak memiliki istri atau bahkan anak!"
"Sekarang, setelah kita mendapatkan kelemahannya, kita harus menyiapkan jebakan untuk memb*nuhnya langsung di sini! Kita bunuh keluarga Mafia si*lan ini!"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]
FanfictionHidup dalam kebohongan yang digunakan untuk melindungi kesayangan. Sampai kapan Angel akan bertahan?