21. Tawaran Mematikan (2)

1.3K 159 174
                                    

Dino mendengkus. Dia menjawab, "Bagaimana bisa aku tahu kejadiannya akan seperti itu! Lagi pula pria tadi masih muda, dia juga kaya, dan seorang penyelamat! Persis seperti ayahku yang sering ibu idam-idamkan."

Jun masih tertawa sembari menepuk-nepuk tembok. Pemuda itu menunjuk Dino dengan satu jari, kemudian mengungkap, "Apa yang kau lakukan ini, sangat memalukan. Aku bisa membayangkan ekspresi malumu, ketika kau sudah tahu pria itu merupakan suami orang!"

"Memangnya kau ingin menjadikan ibumu seorang pelakor? Anak macam apa dirimu ini?" tanya Jun dengan tawaan lebar.

Kesabaran Dino yang setipis tisu, membuat Dino menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia kehilangan kesabarannya, kemudian melepas salah satu sepatu miliknya. Dino melempar sepatu itu, hingga mendarat tepat di dinding, dan hampir mengenai wajah Jun. "Diam kau!"

Jun langsung menutup mulutnya, meskipun perutnya masih merasakan gelitikan. Setelah itu, Jun baru berbalik ke belakang, kemudian menyilangkan tangan di depan dada. Dia berkata, "Kau bersungguh-sungguh ingin mencarikan ibumu seorang suami?"

"Tentu saja," balas Dino.

"Memangnya ibumu sudah menyetujui hal ini? Kau pikir dia akan menikah dengan pria pilihanmu itu?" tanya Jun.

Dino menurunkan sudut bibirnya. Sebenarnya niat Dino baik. Dia hanya ingin Angel mendapatkan pasangan, supaya mempunyai kehidupan yang lebih lagi. Namun, Dino sendiri tak tahu keinginan asli sang ibu itu apa. Jika Dino menjodohkannya, Dino jadi berpikir, takut Angel menolaknya mentah-mentah

"Aku hanya ingin yang terbaik bagi ibuku. Dia pasti lebih bahagia, jika memiliki orang yang mendukung dan menemaninya," ucap Dino.

Jun menguap, kemudian menatap Dino dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Kau terlalu pemikir, untuk bocah yang akan memasuki masa remaja."

"Sepertinya beban hidupmu saat ini lebih besar daripada beban hidup gelandangan yang ada di sisi jalan," jelas Jun.

Dino menatap Jun dengan tatapan tak bersahabat. Anak itu kemudian melompat menuju tanah. Dia mengajak dan memperingati, "Les akan dimulai, dibanding mengobrolkan hal yang tidak berhubungan dengan les, lebih baik kita pergi belajar saja."

"Kau masih mau berteman dan berdekatan denganku, padahal kau tahu jika aku suka mengobrol hal yang tidak jelas dan juga suka bermain," jelas Jun.

Dino menjawab dengan ketus, "Itu karena tak ada yang mau berteman dengan anak yang tak mempunyai ayah, dan selalu bersikap kasar sepertiku. Hanya pemuda aneh bawel, dan suka bermain saja, yang mau mengobrol dan mendengarkan keluh kesahku, selain ibuku sendiri."

Hidung Jun memancung mendengar apa yang Dino katakan. Dia tertawa kecil, dan menyilangkan tangan di depan dada. "Kau tidak sepenuhnya salah. Anak kasar dan arogan sepertimu memang harus dihindari. Tapi, seharusnya kau juga tidak menjauhkan diri dari pergaulan bersama anak-anak sebayamu."

"Memangnya kau tak bisa berteman dengan sekumpulan murid pintar dan baik? Pasti ada kelompok orang-orang seperti itu di kelas," jelas Jun.

Dino menjawab," Entahlah, aku mudah bosan jika berurusan dengan orang-orang seperti itu."

Jun tiba-tiba menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Dia kemudian mengajak, "Oy Bocah, kau ingin mencoba bolos satu hari?

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang