25. Ambisi Pelindung (1)

526 67 5
                                    

Sean melihat ke arah Dino dengan tatapan tak bersahabat. Dia menggenggam erat panahan, kemudian mengarahkan anak panah itu pada Dino. Sean bertanya, "Kau berniat mencari suami baru untuk ibumu?"

Anak panah tertuju tepat ke arah Dino. Dino tersentak kaget, anak itu mengernyitkan kening. Dia kemudian menjawab, "Ya! Memangnya kenapa? Apa aku salah? Kalau pun salah, ini bukan urusanmu, Tuan Pencuri!"

Jawaban Dino membuat Sean melepas anak panahnya. Hanya dalam hitungan detik saja, anak panah itu melesat jauh ke arah Dino. Namun, karena Dino menunduk, anak panah itu menancap tepat di sebuah pohon. "Gil*! Selain mencuri, kau juga berniat melukaiku? Aku akan melaporkan---"

Belum sempat Dino menyelesaikan ucapannya, Sean sudah lebih dulu tersenyum kecut. Pria itu berjalan mendekati Dino, dengan anak panah di tangan. Kedua lesung pipi Sean terlihat sedikit demi sedikit, sampai Dino terdiam dengan tubuh bergetar.

"To... tolong! Pencuri!" teriak Dino.

Dino berteriak, tapi di taman ini tak ada orang selain Dino dan Sean. Ketika langkah kaki Sean mendekat, Dino langsung memundurkan langkahnya. Anak itu menunjuk ke arah Sean, kemudian memperingati, "Jangan berani mendekat! Aku baru saja mempelajari ilmu baru bela diri!"

"Aku juga akan melaporkanmu!" ancam Dino.

Sean tertawa kecil. Anak itu mengancam akan melaporkan seorang Mafia, yang bergerak membelakangi hukum. Semakin Sean bergerak maju, semakin Sean menyadari jika Dino tumbuh berseberangan dengan dirinya. Meskipun sifat arogan, dan tak mau kalah mereka sama. Namun, Dino dididik untuk menjadi warga negara yang baik, sesuai keinginan Sean sendiri.

"Kalau begitu, aku juga akan melaporkanmu, karena belum membayar utangmu," kata Sean.

Dino terdiam, menyadari sesuatu. Setelahnya dia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Untuk menyembunyikan ketakutannya sendiri. Dino berkata, "Bu... bukannya kau sudah menjualku pada ibuku? Kau pasti sudah menerima uang dari ibu, bukan?"

Sean terdiam, kemudian menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Dia membalas, "Ibumu? Maksudmu wanita cantik itu? Dia hanya memberikanku ucapan terima kasih dan permintaan maaf, karena anaknya membolos, lalu menggangguku."

Dino tak percaya apa yang dikatakan Sean. Oleh karena itu, keningnya mengernyit. Dilihat dari gerak-gerik dan ucapan Sean tadi. Dino bisa menebak, jika Sean memang memiliki minat pada sang ibu. Oleh karena itu, Dino berani bergerak ke depan. Dia mendongakkan kepala, menatap bola mata besar Sean, dengan bola mata bergetar.

"Ja... jangan pikir, karena kau lebih kuat dan lebih besar dariku, aku akan membiarkanmu mendekati ibuku!"

"Kau bertanya aku berniat mencari suami ibuku, bukan?"

"Ya! Aku memang sedang mencari pria tampan, mapan, dan seorang penyelamat!"

"Walaupun kau lulus tipe pertama, tapi kau gagal di tipe kedua dan tipe ketiga! Jadi, jangan harap ibuku akan jatuh ke tanganmu!" ungkap Dino.

Sean merasa tertantang dengan ucapan Dino. Padahal, tanpa tantangan dan memenuhi syarat ideal itu pun, Sean memang sudah menjadi pemenang di hati sang istri. Dia tiba-tiba berlutut di belakang Dino, kemudian memeluk tubuh sang anak dari belakang.

Dino awalnya berniat pergi. Namun, kedua tangan Sean menyentuh kedua tangan kecil Dino. Sean mengajari Dino memegang anak panah dan busurnya dengan kokoh. Dia kemudian mengarahkan anak panah itu, ke arah papan panahan.

"Fokus, jangan goyah, dan kau akan mendapatkan apa yang kau incar," bisik Sean.

Dino merasakan bimbingan Sean memenuhi isi kepalanya. Ketika tangannya melepas anak panah, anak panah itu langsung melesat, menancap di tengah sasaran. Jelas saja, Dino bersorak gembira. Dia tanpa sadar memeluk Sean, sampai akhirnya Sean berbisik, "Tanpa memenuhi semua persyaratan menyebalkanmu itu, aku sudah mencuri hati ibumu."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang