24. Pencuri Hati

604 63 8
                                    

Dino tak bisa mendengar dengan  jelas apa yang keduanya, sampaikan. Namun, dilihat dari sorot mata Sean, yang mengagumi Angel, membuat Dino memperingati, "Jangan coba-coba menipu dan mendekati ibuku. Walaupun kau tampan, tapi ibuku tak suka kepada pria yang tak punya uang, dan berstatus sebagai seorang pencuri."

Sean dan Angel langsung melihat ke arah Dino. Anak itu memelototkan mata, sembari menunjuk ke arah Sean. Sebenarnya Dino ingin berteriak, dan melaporkan jika Sean adalah pencuri. Namun, karena rasa kantuk dan Sean yang masih diam di tempat, membuat Dino tak merasa terancam.

"Hah?" Sean mengernyitkan kening, dan Dino mengancam, "Cepat pergi dari sini! Atau aku akan berteriak, supaya kau ditangkap petugas keamanan!"

Sebelum Dino berteriak, Angel sudah lebih dulu membungkam mulut sang anak dengan telapak tangannya. Berbeda lagi dengan Sean yang menarik sebelah sudut bibirnya ke atas, kemudian melarikan diri dari hadapan Angel.

Setelah punggung Sean menghilang dari pandangannya, Angel baru menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia melihat ke arah kursi mobil, kemudian menatap Dino dengan tatapan meneliti.

Dino berkata, "Ibu! Pria itu adalah seorang pencuri! Dia tadi sedang bersembunyi di toko antik, dari penjaga. Dan aku langsung mengadukannya kepada petugas! Tapi si*lnya, aku malah ditangkap pria itu!"

Bukannya membalas perkataan Dino, Angel malah mengubah topik pembicaraan. Dia langsung naik ke mobil, kemudian mengemudikan mobil itu dengan wajah tanpa ekspresi yang jelas. Angel bertanya, "Kau sendiri kenapa bertemu dengannya, di toko antik? Bukannya seharusnya kau sekarang mengikuti les?"

"Nasib baik, pria itu mau mengantarkanmu ke rumah sakit, tanpa menghukummu," peringat Angel.

Dino menepis kenyataan bahwa dia sudah bertemu dengan seorang pencuri. Karena ternyata, sang ibu benar-benar marah karena ulahnya. Angel mungkin tak langsung memukul atau membentak Dino. Akan tetapi dari perubahan suara Angel, Dino bisa menebak jika Angel marah besar.

"Maafkan aku Bu, sebenarnya aku juga tak akan bolos les hari ini. Tapi Kak Jun mengajakku bolos. Dia bilang, bolos sehari bukan masalah besar," jelas Dino.

Angel tersenyum sinis. Dia mengemudikan mobil menuju gerbang keluar rumah sakit, sembari mengantre dengan mobil di depannya. Angel berkata, "Lalu? Setelah bolos? Apa yang kau ingin kerjakan? Apakah sangat penting, dibanding ikut les bela diri? Bukannya kau bercita-cita menjadi seorang pahlawan?"

Dino mengangguk, kemudian membalas, "Kak Jun pergi untuk melihat ayah barunya bekerja di sekitar toko antik itu."

"Sudah ibu bilang, kau boleh berteman dengan Jun, tapi jangan melanggar aturan. Sekarang, di mana Jun?" tanya Angel.

"Kak Jun tak jadi menemui ayahnya, karena dia bertemu dengan Kak Eisa. Keduanya berkencan, dan aku tak mau menjadi nyamuk. Oleh karena itu, aku pergi berjalan-jalan saja," lanjut Dino.

"Sebenarnya, aku ingin menemukan pria baik untuk dijadikan ayah, di tengah-tengah kota. Jika bisa, ayah baik, seperti ayah barunya Kak Jun," gumam Dino.

Perkataan terakhir Dino tak sempat Angel dengar. Angel mengernyitkan kening. Fokusnya tertuju pada mobil yang berada di depannya. Mobil itu tak kunjung bergerak, hingga akhirnya Angel keluar untuk memeriksa apa yang terjadi.

Pada akhirnya Angel turun dari mobil, dia berpesan, "Tunggu dulu di sini, ibu akan memeriksa apa yang terjadi."

Dino menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia membiarkan Angel keluar dari mobil, sementara Dino sendiri mulai bertanya-tanya tentang Sean. "Pencuri itu bisa akrab mengobrol dengan Ibu. Sepertinya dia berhasil menemukan topik obrolan yang Ibu minati. Alias, membicarakanku."

"Apa dia benar-benar seorang pencuri? Tapi, dia sepertinya tidak jahat. Orang itu hanya bisa mengancam, tetapi nyatanya? Dia tak mengancam---" Belum sempat Dino menyelesaikan ucapannya, anak itu sudah lebih dulu menggelengkan kepala. "Mungkin, saat aku sedang tidur, dia menjualku pada ibu. Pokoknya orang jahat sepertinya tidak bisa dipercaya."

Dino mendorong punggungnya ke kursi mobil, kemudian berkata, "Kapan ya, aku bisa mempunyai ayah yang baik, seperti ayahnya Kak Jun?"

Baru saja Dino memikirkan ayahnya Jun. Tepat di depan matanya, dia melihat pria itu sedang mengobrol dengan Angel. Dino tak mengerti, apa yang terjadi di antara mereka. Namun, setelah melihat petugas parkir rumah sakit datang, Dino bisa menarik kesimpulan, "Ah, sepertinya mobil di depan tiba-tiba mogok, tapi---"

Dino memelototkan mata, dan bertanya, "Kenapa Ayah barunya Kak Jun ada di sini?"

Setelah mobil di depan diperbaiki, akhirnya Angel bisa menjalankan mobilnya lagi. Berbeda lagi dengan Dino yang sibuk bertanya, "Ibu! Ibu! Kenapa ada ayahnya Kak Jun di rumah sakit ini? Padahal, aku pikir dia sedang bekerja. Oleh karena itu, Kak Jun ingin pergi menemuinya."

Angel menjawab, "Ibu Jun sakit. Dia datang ke rumah sakit, untuk mengantar istrinya. Lalu berniat pergi ke toko untuk meminta izin cuti merawat istrinya."

Dino menyilangkan tangan di depan dada. "Ayah Kak Jun sibuk bekerja mencari uang dan mengurus istrinya. Tapi Kak Jun malah membolos, bahkan sekarang pergi berkencan. Aku pastikan, dia akan menyesali perbuatannya seperti ini."

Angel hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar apa yang dikatakan Dino. Dia membalas, "Jun dan pacarnya itu tidak pergi berkencan. Mereka sedang menjaga ibunya Jun. Hanya kau saja yang pergi membolos dan berkeliaran tak tahu arah tujuan."

"Maaf, aku tak akan mengulanginya lagi," balas Dino.

•••

Setelah pulang ke rumah Dino tak bisa menjauhkan pikirannya dari pria yang dia temui. Untuk pertama kalinya, Dino melihat Angel menatap seseorang dengan tatapan tulus. Entah apa sebenarnya hubungan antara sang ibu dan pria itu. Namun, memikirkannya membuat Dino ingin menjauhkan pria itu dari ibunya sejauh mungkin.

"Dia biang masalah, dan pembuat onar. Seharusnya pria seperti itu, tidak berdekatan dengan ibu," jelas Dino.

Kesalahan Dino karena sudah membolos les, membuat Dino lebih rajin mengikuti les. Bahkan, di saat libur pun, Dino menghabiskan waktunya untuk memainkan panahan di taman seorang diri. Awalnya Dino mendengkus, karena panah mainan miliknya tak mengenai sasaran juga. Namun, setelah berulang kali mencoba akhirnya Dino berhasil menancapkan anak panah, ke papan sasaran.

"Melihat orang lain memanah dengan mudah, membuatku yakin bisa melakukannya juga! Kenapa bermain bola dan memanah sangat jauh berbeda?!" gerutu Dino.

Padahal Dino selalu berhasil memasukkan bola basket ke dalam ring-nya. Namun, untuk memanah? Dino bahkan kesulitan mendaratkan anak panah pada papan sasaran. Dia mendengkus, kemudian mengambil air minumnya.

Awalnya Dino berniat beristirahat beberapa menit saja. Namun, tiba-tiba dia mendengar suara anak panah yang tepat mengenai sasaran. Setelahnya Dino melihat ke kiri. Dia menemukan Sean berdiri dengan tangan yang memegangi busur Dino.

"Pencuri?!" tebak Dino.

Dino ingin mengambil anak panah miliknya. Namun ternyata, Sean sudah lebih dulu menggunakannya untuk bermain panahan. Hanya dalam hitungan detik saja, anak panah itu berhasil tepat mengenai titik tengah sasaran.

Sean melihat ke arah Dino dengan tatapan tak bersahabat. Dia menggenggam erat busurnya, kemudian mengarahkan anak panah pada Dino. Sean bertanya, "Kau berniat mencari suami baru untuk ibumu?"

•••

THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang