29. Harapan Terakhir (2)

610 75 3
                                    

Dino tak bisa melihat apa pun, karena matanya dililit kain hitam. Namun, dia bisa merasakan ketakutan yang menggigit tulang. Suara langkah kaki orang-orang terus-menerus menghantui keberadaannya. Bahkan, Dino tak bisa berteriak untuk melampiaskan ketakutannya sendiri, karena mulutnya dililit kain juga.

Di antara gelapnya pandangan, Dino bisa mendengar jelas apa yang dikatakan orang-orang itu. Apa hubungan mereka dengan sang ayah? Kenapa mereka berniat untuk membunuh Sean? Apa ini kah alasannya, kenapa Sean tak bisa bersama Dino? Karena Sean adalah Mafia. Dia ingin melindungi keluarganya.

Dino tersenyum miris. Di antara seluruh pekerjaan yang ada di dunia ini, kenapa ayahnya harus bekerja di bidang kriminal? Oh, bukan, seharusnya di antara seluruh ayah di dunia ini, kenapa Dino harus memiliki ayah seperti Sean?

Jika Dino terlahir dan bukan menjadi anak Sean, mungkin dia masih bisa hidup tenang, bukan? Tapi pertanyaannya, jika Sean dan Angel tak berhubungan apakah Dino sendiri akan lahir? Jika Sean tidak ada, Dino juga tidak ada. Pada akhirnya, Dino hanya bisa terdiam, dengan bibir terkunci rapat.

"Kak Jun ternyata sejak awal berteman denganku, hanya untuk mencari tahu identitas ayahku."

"Dari dulu tak ada yang mau menjadi temanku."

"Kak Jun juga mengajakku membolos, untuk mempertemukanku dengan ayahku."

"Dia disuruh ayahnya untuk melakukan itu semua."

"Dan aku? Aku hanya umpan, untuk membuat ayah datang ke mari. Tunggu, memangnya pria itu akan datang ke sini? Apa dia peduli padaku?"

"Aku tahu, berharap pada orang sepertinya biasanya tak menghasilkan apa pun. Tapi untuk kali ini saja, jangan abaikan aku lagi ayah. Tolong aku."

Permintaan Dino tak dijawab. Anak itu hanya mendengar suara tawa, dari orang-orang yang menculiknya saja. Termasuk suara ayah Jun, orang yang Dino pikir makhluk sempurna untuk menjadi seorang Ayah.

Daran adalah dalang penculikannya. Pria itu memiliki dendam pada Sean, karena sudah melenyapkan saudaranya. Lalu sekarang? Daran berniat melenyapkan satu keluarga Sean. Dia bahkan memanfaatkan Jun untuk mendapatkan informasi dari Dino.

"Padahal aku sudah menghasut Angel, untuk membenci suaminya. Tapi ternyata, hubungan mereka kuat juga," gumam Daran.

Daran menangkup pipi Dino, kemudian berkata, "Kasihan sekali. Sejak dulu kau tak bisa bersama dengan ayahmu. Tapi tenang saja. Aku pastikan kalian berdua akan bersama lagi, tanpa harus berpura-pura menjadi orang asing."

"Lebih tepatnya, bersama menuju akhirat!" Daran tertawa kencang, memenuhi telinga Dino. Dia bergerak menjauhi Dino, sementara seluruh tubuh Dino semakin bergetar takut, hingga akhirnya sebuah batu terlempar dari jendela villa. Hanya dalam hitungan detik saja, kaca jendela pecah, dan berjatuhan ke lantai. Setelahnya, Sean naik ke atas jendela, kemudian meloncat tepat ke depan anaknya.

Sean menjulurkan sebuah senjata api di depan Daran. Dia memperingati, "Jauhi putraku."

Dino tak bisa melihat apa pun. Namun, dia mengenali suara Sean. Berbeda lagi dengan Daran yang langsung mengarahkan senjata miliknya ke arah Dino. Daran bergumam, "Bagaimana bisa pria itu masuk lewat jendela samping?! Padahal di depan banyak orang yang berjaga!"

"Kemampuan berjaga pengawalmu sangat biasa-biasa saja. Seharusnya kau mencari pengawal yang lebih kompeten lagi," balas Sean.

Meskipun Daran khawatir, tetapi dia mencoba untuk tetap tenang. Daran berkata, "Kau datang tepat waktu. Aku akan melenyapkan anakmu saat ini juga!"

Sean sudah bersiap untuk menembak Daran, tetapi Daran tiba-tiba memberitahu, sembari melangkah mundur, "Tuan Sean yang bod*h. Kau baru saja mendekati kemati*nmu sendiri, dengan mendekati anakmu itu!"

"Aku sudah menaruh bom di belakang lilitan tali anakmu itu. Jika kau menembakku, sudah dipastikan kau tidak memiliki waktu lagi untuk menyelamatkan anakmu itu," jelas Daran.

Sean langsung melihat ke arah bom yang ada di belakang lilitan Dino. Dia memelototkan mata, kemudian menjatuhkan senjata api miliknya. Tanpa memikirkan apa pun, Sean langsung bergerak untuk membuang bom di samping Dino.

Daran tertawa kencang, sembari terus memundurkan langkahnya. Dia tersenyum kecut, sebelum menembak ke arah kaki Sean. Suara satu tembakan jatuh di kaki, setelahnya Daran memberitahu, "Aku akan membiarkan kalian bersama, dan berusaha melepaskan bom yang tak bisa lepas itu dalam tiga detik saja."

"Nikmati detik-detik terakhir di dunia, sebelum bersama di akhirat nanti," gumam Daran.

Dino mulai menangis, tanpa bisa berkata-kata. Dia menyesali keputusannya untuk membenci Sean dan mengagumi ayah tiri Jun. Padahal Dino memiliki ayah yang bersedia, berada di dalam bahaya, hanya untuk menyelamatkan sang anak. Namun, Dino malah memuja-muja Daran dan menginginkan orang seperti itu untuk menjadi ayahnya.

"Tiga," ucap Daran bersiap-siap menekan remotnya.

Di tengah percobaan Sean untuk melepaskan ikatan sang anak, dia bisa merasakan kakinya mulai melumpuh, bersamaan dengan cairan merah yang membasahi kaki. Sebenarnya Sean bisa saja pergi dan menyelamatkan dirinya sendiri, sebelum kakinya semakin melumpuh. Namun, pria itu masih setia melepas tali pada bom.

"Dua."

Daran menutup pintu, kemudian berlari menjauhi Villa. Setelah itu, dia berkata, "M*ti kalian! Tamat sudah riwayat Mafia sombong itu!"

"Satu!"

Jika ini memang akhir hidup Dino, Dino ingin meminta maaf pada Sean. Namun, jangankan meminta maaf, berkata satu kata pun Dino tak bisa. Pada akhirnya, sejahat apa pun Sean, dia adalah orang tua Dino. Orang yang akan melakukan segala hal, untuk melindungi anaknya.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE MAFIA'S HIDDEN SON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang