24. TERUNGKAP

1.1K 109 225
                                    

Assalamualaikum

Siap ya baca part ini?

Ayo vote. Jangan lupa masukin cerita ini ke reading list kamu

 Jangan lupa masukin cerita ini ke reading list kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku merasa ada sesuatu yang hilang. Meski ragamu ada di sini.

-Anitha Yulio-

Andika membaca sebuah berita yang tertempel di mading dengan perasaan bingung dicampur marah. Apa ini? Berita macam apa ini? Andika saja tidak pernah dekat dengan Nitha. Oh satu kali waktu dia mendapat dare dari Awan untuk menembak Nitha menjadi pacarnya. Tapi itu hanya sebatas tantangan bukan? Tidak lebih, Andika juga tidak ada rasa sama Nitha. Setelah kejadian itu, Andika sama sekali tidak pernah bertemu dengan Nitha.

"Dik, jadi tantangan gue waktu itu benar-benar lo lakuin secara nyata? Bahkan lo sampai ngajak Nitha selingkuh?" tanya Awan terkejut.

"Jadi lo percaya sama berita abal-abalan kayak gini? Ini hoax, gue aja gak ada rasa sama Nitha," ucap Andika.

"Serius?"

Andika berdecak. "Yaelah Awan! Masa lo gak percaya sama gue! Kita udah sahabatan dari dulu lho," ucap Andika.

"Tapi, kalau lo gak selingkuh sama Nitha. Gimana poster ini bisa kesebar?" tanya Awan.

"Zaman semakin canggih Wan, hoax udah banyak menyebar, soal foto itu, bisa aja editan kan?" ujar Andika.

"Ya tapi siapa yang berani ngelakuin itu? Emang lo punya musuh?" tanya Awan.

Andika berpikir sejenak. "Banyak sih, lo tau sendiri kan gue gimana," jawab Andika.

Awan menghela napas. "Bisa jadi nih, bisa jadi salah satunya adalah musuh lo itu," ucap Awan.

"Waduh, merugikan gue banget nih," ucap Andika sambil menggulung lengan bajunya.

"Mulai sekarang jangan lagi bertindak seenaknya Dik, kalau lo salah sasaran, masalah ini akan jadi rumit. Lebih baik selidiki dulu," ucap Awan.

☆。゚。☆

Nitha merobek poster yang terpampang di mading SMA Abinegara. Melihat poster itu terus-terusan hanya akan membuat hati Nitha tergores berkali-kali.

Nitha mengusap air mata yang sudah membanjiri pipinya. Dia tidak boleh terus-menerus lemah. Berita ini hanya bohong, lalu kenapa dia harus takut?

Nitha segera berjalan menuju kelasnya, tak peduli dengan bisikan-bisikan yang membicarakan dirinya.

Sampai dia masuk kelas, siswa-siswi juga banyak yang menjauhinya. Bahkan sekarang dia hanya duduk sendirian. Dina yang biasa duduk dengan Nitha, hari ini duduk dengan Fina. Begitu juga Lala yang menemani Fina sebelumnya memilih untuk duduk di tempat lain.

ANITHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang