Makasih yang udah nyempetin waktu buat baca cerita ini <3
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekeras apapun kamu mengejar, kalau memang dia tidak ditakdirkan untukmu, maka dia akan pergi
-Anitha Yulio-
☆｡ﾟ｡☆
"Apa?! Nitha hilang?!" Herman memijat kepalanya yang terasa berdenyut. "Bagaimana bisa?!"
Rangga menundukkan pandangannya. Dia tak kuasa melihat raut wajah kedua orang tua Nitha. "Maaf, Ma, Pa, Rangga... gagal lagi buat jaga Nitha, maaf, Rangga minta maaf," ucap Rangga.
"Kamu udah coba cari ke mana-mana?" tanya Nina berusaha tenang. Padahal dia ingin menangis saat ini.
"Udah, Rangga udah cari ke SMA Abinegara, keliling komplek, di universitas tempat Nitha SBMPTN," jawab Rangga.
"Kita coba cari Nitha lagi di seluruh penjuru Jakarta Pusat," ujar Herman memutuskan.
"Pa, Ma, Rangga minta maaf," kata Rangga.
Tanpa diduga, Herman menepuk-nepuk bahu menantunya. "Ini musibah, kamu gak salah Rangga." Herman tersenyum.
Mendengar hal tersebut membuat hati Rangga sedikit lega.
☆｡ﾟ｡☆
Erland, Eka, dan Azka menatap Rangga dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Ketiga cowok itu kembali dikejutkan dengan hilangnya Nitha.
"Apa ini ada kaitan dengan masa lalu?" tanya Rangga. Pikirannya teringat dengan dua nama. Rio dan Isya.
"Isya? Rio?" tanya Eka menebak.
Rangga mengangguk. "Mereka hampir satu tahun ini udah gak ada tanda-tanda."
"Kita gak bisa menuduh tanpa bukti. Curiga memang wajar, mangkanya sekarang kita selidiki," ujar Azka.
"Isya itu tadinya tinggal di apartemen bokap gue," ucap Rangga.
"Sekarang, dia masih tinggal di sana?" tanya Azka.
