39. FINAL

1K 86 1
                                    

Assalamualaikum

Biasain vote+komen+tambahin cerita ini ke reading list kamu✨✨

Pintu ruang UGD terbuka, sang dokter yang menangani Rangga keluar dari ruangan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu ruang UGD terbuka, sang dokter yang menangani Rangga keluar dari ruangan tersebut.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Ranti. Rizal dan Ranti baru datang beberapa menit lalu setelah dikabari mengenai Rangga.

"Luka tusukan di punggungnya, cukup dalam, tapi untungnya tidak sampai mengenai jantung, dan tidak menimbulkan penyakit tetanus, pasien mungkin akan sadar setelah beberapa hari," ucap sang dokter. "Karena luka tusukan itu juga, pasien hampir kehilangan banyak darah, karena tidak mau terjadi apa-apa, kami melakukan transfusi darah. Untung di rumah sakit ini, stok darah yang cocok untuk pasien masih ada."

Ada sedikit rasa lega di hati mereka mendengar penuturan dokter.

"Dok, apa boleh, kami jenguk pasien?" tanya Nitha.

"Boleh, tapi maximal hanya tiga orang saja. Setelah kami memindahkan pasien ke ruang ICU," ucap sang dokter.

Nitha menatap Rangga yang baru saja dibawa keluar oleh dokter dan suster. Melihat wajah tenang Rangga membuat Nitha tak kuasa.

"Sabar Nitha, ini ujian dari Allah. Sabar ya, tabah," ucap Nina sambil mengusap lembut punggung Nitha.

Atlan dan yang lain baru saja datang ke rumah sakit.

"Gimana kondisi Rangga?" tanya Atlan pada teman-temannya.

"Kata dokter, pisau yang nusuk Rangga sangat dalam, tapi untungnya dia gak apa-apa," jawab Pangeran.

"Gimana soal kasus Arsya?" tanya Erland.

"Sidangnya dilakukan besok jam sepuluh pagi. Nitha dan saksi yang lain harus hadir untuk melakukan pernyataan," ucap Atlan.

"Besok? Cepet banget," kata Eka.

☆。゚。☆

Di ruang ICU yang sunyi, terdengar suara defibrillator atau alat simulator pendeteksi detak jantung. Di atas brankar, sudah ada Rangga yang terbaring lemah dengan mata terpejam.

Ranti mengusap kepala anaknya lembut. "Rangga, cepet bangun ya, banyak yang nunggu kamu di sini," ucap Ranti.

"Jangan lama-lama tidurnya, nanti banyak yang kangen," tambah Rizal.

Nitha menggenggam tangan Rangga yang sedikit terasa dingin. Entah kenapa, bayang-bayang tentang kejadian tadi mengusik pikirannya sampai membuat kepalanya pusing seketika.

ANITHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang