"Ayo!" Rangga menarik tangan Nitha lalu mengajaknya masuk ke dalam mobil.
Rangga mengajak Nitha untuk pergi ke restoran milik mereka. Sekarang, restoran itu sudah bisa mereka kelola sendiri. Tapi, juga tak lepas dari pengawasan Rizal dan Ranti.
Setelah dari restoran, Rangga mengajak Nitha ke taman kota. Taman ini sangat ramai oleh pengunjung meskipun tak seramai pagi tadi. Banyak penjualan yang berjejer. Ada juga yang sedang berolahraga.
"Buat refreshing. Biar otaknya gak ngasep," ucap Rangga, dia menyerahkan satu ice cream itu dibelinya tadi kepada Nitha.
Nitha tersenyum sambil menerima ice cream tersebut. "Makasih."
Tanpa mereka sadari, seseorang berbaju hitam sedang mengintai mereka dari kejauhan.
"Dua puluh satu jam. Hitung mundur dimulai," ucapnya.
☆｡ﾟ｡☆
Lio berdecak. "Nomor gue pakai diblokir lagi sama si Arsya," ucapnya kesal. Sejak tadi, dia terus berputar mengelilingi balkon.
Di ruangan bernuansa mewah ini adalah tempat tinggal Lio. Apartemen milik keluarganya yang berada di Bandung.
"Gue kasih tau mereka aja kali ya? Tapi gue gak punya nomor mereka lagi!" decak Lio kesal.
"Terus gue muncul di hadapan mereka? Bagaimana bisa? Gue aja gak tau alamat mereka. Arsya yang tau," ucapnya lagi.
"Arsya pasti udah bertindak sekarang, jangan-jangan dia juga udah datang kembali ke Jakarta?" Lio meraup wajahnya.
"Gue harus cegah rencana dia. Tapi gimana?" Lio mencoba berpikir.
Lio hendak menghubungi anak buahnya untuk meminta bantuan. Namun naasnya, ponselnya malah terjatuh dari atas gedung apartemen ke bawah.
"Astaga, ponsel gue!" Lio segera berjalan keluar dari ruangan apartemennya dan menuju ke bawah menggunakan lift.
Setelah itu, Lio berlari menuju tempat di mana ponselnya terjatuh.
