Aska jangan sedih. Kalau Aska sedih, Pelangi juga ikut sedih.
Aska Mama titip kue cokelat, ni!
Aska kamu beneran mau pergi? Ninggalin aku?
Kamu janji sama aku harus balik.
"Arghh ... Siapa wanita itu!" ucap Aska frustasi. Ia meremas dan menarik rambutnya.
Kepalanya kembali memutarkan memori rusak dengan wajah buram itu. Tangan kekarnya merampas obat di atas nakas dan meminum secara kasar, hanya obat yang dapat membuat dirinya tenang. Ia menghela napas, menyenderkan kepalanya pada kepala kasur.
"Aska sayang!" Pintu apartemen itu terbuka, tampak sosok gadis memakai jeans dan kaos oblongnya.
"Kenapa lagi Asya?" tanya Aska.
Asya merengut. "Kok kamu gak pernah panggil aku sayang, sih? Aku pacar kamu, Ka." Ia merebahkan diri di tepi kasur dan memeluk lengan Aska.
Aska melepas pelukan Asya. "Males, lo mau foto di mana lagi hari ini?" Bangkit Aska mengambil kameranya di lemari baju yang berwarna silver itu.
"Di laut." jawab Asya girang.
Aska masih sakit, masih lelah, dan masih pusing dengan memori-memori itu. Namun, Aska tetap menuruti permintaan Asya. Pun hal itu membuatnya melupakan memori itu sejenak.
🦋
Motor beat hitam itu melaju, dengan sepasang manusia di atasnya. Aris yang membawa motor membenarkan kaca spion, memperlihatkan Wulan yang duduk dengan kurva bibir yang terus ia tarik untuk menciptakan lengkungan manis. Hazelnya yang disinari mentari pagi menampakkan warna cokelat tua kehijauan.
“Mau dianterin ke mana?” tanya Aris sedikit bersorak.
Wulan tersadar dari kekagumannya. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan dan wajahnya di sejajarkan dengan wajah Aris. Tidak terlalu dekat karena ditutupi helm. “Semalam gue searching di google. Ada kafe di jalan Kranggan. Tau nggak?”
Aris mengangguk, sebagian dari otaknya langsung menggambarkan Blanco Coffee and Books.
“Nah, di sana lagi butuh karyawan,” jelas Wulan.
“Nama kafenya, Blanco Coffee and Books bukan?” tanya Aris.
Wulan langsung membesarkan bola matanya. “Kok kamu langsung tau?”
“Aku juga sering nongkrong di sana,” jelas Aris.
Motor yang dikendarai Aris sampai di jalan Kranggan. Lokasi tersebut tidak terlalu jauh dari kampus Aris dan kosan. Wulan menggerakkan kakinya itu turun dari motor dan memberi helm kepada pemiliknya.
“Terima kasih,” ucap Wulan dengan dua tangan memegang sisi rok dan menunduk sedikit seperti putri kerajaan.
Lagi-lagi Aris dibuat tertawa oleh tingkah Wulan. Ia menggeleng dan menaruh helm di depan. “Gue pergi dulu, semoga sukses!” semangat Aris.
“Blanco Coffee and Books,” gumam Wulan.
🦋
Wulan mendorong Pintu kafe menimbulkan suara lonceng yang menandakan ada pengunjung yang datang. Beberapa staf kafe menoleh ke arah Wulan. Terlihat banyak kursi dan meja, tetapi hanya satu yang menjadi ketertarikan Wulan. Sebuah sudut yang dipenuhi dengan buku-buku. Wulan berdecak kagum dalam hati. Kenapa pemilik kafe bisa sekreatif itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
KALIBIRU (End)
Romance[TOP #8 Author Got Talent 2021 Kategori Best Branding] "Karena sebenarnya perasaan kamu udah berubah, kan? Karena kamu takut kehilangan aku, iya, kan?" Kisah seorang gadis berlesung pipi yang bersikeras mengembalikan seluruh ingatan orang yang disay...