5. Lengkap

96 22 12
                                    

Wulan mencoret kalendernya, ini akhir Minggu bulan ketiga dia berada di Jogja. Misinya mencari inspirasi dan mengembalikan ingatan Aska masih terus berjalan. Pikirannya seakan menyuruhnya menyerah akan tujuannya. Namun, bukan Wulan namanya jika pupus begitu saja.

Wulan menjemur bajunya yang sudah dicuci sebelum dia berangkat kerja. Selesai menjemur Wulan memoles make-up senatural mungkin. Dia keluar mengunci pintu dan melirik kamar di sampingnya.

Wulan menghela napas, pasti gadis itu belum bangun. "Far!" Wulan mengetuk pintu.

Pintu yang akan diketuk dua kali tiba-tiba terbuka menampilkan sosok gadis yang senyum menampilkan gigi putihnya dan yang pasti sudah rapi.
Apa ini yang dinamakan dunia akan segera berakhir? "Tumben lo bangun cepat," sindir Wulan.

"Hari ini gajian, Wulandari!" pekiknya kegirangan.

Wulan tertawa pelan seraya menggeleng-geleng. Dasar sinting, batinnya. Belum genap satu bulan ia bekerja dan ia akan mendapatkan gaji. Ia tahu gajinya tidak akan cukup untuk anak rantau seperti Wulan. Wulan akan mencari pekerjaan lain nantinya, kalau Aska sudah mengingatnya lagi.

🦋

Mereka sampai ke kafe lebih awal dari biasanya, apalagi kalau bukan cuan menanti. Semua tampak lebih semangat dari biasanya saat bekerja. Hari masih subuh, tetapi semua sudah hadir dan mengatur kursi.

"Wulan mana?" tanya Fendi.

"Wulan di dapur, lah, mau di mana lagi," jawab Keisya.

Fendi ke dapur menemui Wulan. "Lan!" panggil Fendi.

"Iya, Kak." Wulan berbalik menghadap ke arah Fendi.

"Aska suruh lo buatin dia kue cokelat yang sama!" titah Fendi.

"Oke!" Wulan mengacungkan jempol. Ia sadar satu hal, Aska masih menyukai hal yang sama. Semoga kue cokelat yang selalu Wulan buat bisa menjadi stimulus untuk menjemput kembali kenangan mereka yang terkubur dalam ingatan Aska.

🦋

Aska memasuki kafe di iringi Asya, kekasihnya. Aska duduk meletakkan kameranya yang selalu di bawa ke mana-mana.

"Sayang?" panggil Asya. "Nggak, langsung bagi gaji? Mau tunggu apa, lagi, sih?" kesal Asya. Dia tidak suka Aska berlama-lama di kafe apa lagi jika harus bertemu dengan Wulan.

Semenjak Wulan datang entah mengapa Asya merasa takut tersaingi. Wulan yang berwajah cantik, bulu mata lentik, alis berbentuk, serta dua lesung pipi yang menambah kesan manis padanya. Tidak lama dari pikirannya mengenai Wulan, sosok itu datang mendekati mereka.

Wulan membawa kue cokelat. "Silakan, Kak," sajinya kepada Aska.

Wulan tidak sengaja menjatuhkan sendok yang akan diberikan kepada Asya, dia berjongkok mengambil sendok itu. Sifat jahilnya muncul, karena ketidaksukaannya terhadap pacar Aska, Wulan mengikat dua tali sepatu Asya tanpa sepengetahuannya. "Maaf, Kak Asya. Saya ambil sendok lain dulu, ya."

Asya tidak menjawab, dia memutar bola matanya, kesal melihat Wulan lama-lama.

Wulan kembali seraya menyodorkan sendok. "Kak Asya belajar dong buat kue cokelatnya. Kak Aska suka banget, loh, sama kue cokelat," ucap Wulan dan berlalu dari hadapan mereka.

KALIBIRU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang