Fara mengerjapkan matanya, ketika mentari mulai masuk menyapa netranya lewat ventilasi. Ia menguap hendak menarik selimut untuk tidur lagi. Namun, koper dan tas yang berjejeran di depan lemari membuat nyawanya terkumpul secara paksa. Fara mengerutkan keningnya dan menggaruk pelipis.
"Ini siapa yang mau pergi?" tanya Fara pada diri sendiri seraya beranjak dari tempat tidur.
Ah, Wulan. Dimana gadis itu sekarang? Fara ketiduran saat menunggu Wulan pulang. Alhasil Wulan ikut tidur tanpa menceritakan apapun kepada Fara.
"Lan?" Fara mengetuk pintu kamar mandi. Namun, tidak ada sahutan apapun.
Lama menunggu di depannya. Pintu berwarna cream itu terbuka lebar menampakkan gadis berbalut kaos putih serta jin, ditambah handuk yang melilit rambut di kepalanya. Fara menoleh melihat jam yang masih menunjukkan pukul 7 pagi.
"Itu koper kamu?" Fara menunjuk koper yang terletak di depan lemari.
Wulan mengangguk. Matanya masih sembab dan memerah. Ia baru saja menangis. Fara melihat pemandangan yang tidak biasa itu pun menarik Wulan dan duduk di ranjang.
"Kamu mau ke mana?" tanya Fara dengan mata yang menjelajah ke setiap sudut wajah Wulan.
"Gu-gue, gue mau balik Jakarta," gugup Wulan.
Tarikan alis Fara semakin dalam. Pasalnya tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba Wulan ingin kembali ke Jakarta?
"Mama sakit? Atau apa? Kenapa tiba-tiba kamu balik? Kok nggak bilang aku dulu? Kenapa, Lan?" desak Fara mempererat genggaman tangannya.
"Gue cuma rindu mama, nanti juga balik ke sini lagi." Wulan melepas genggaman tangan Fara.
Jujur, dia tidak sanggup harus bercerita lagi. Sudah cukup air matanya turun untuk lelaki egois seperti Aska. Ia berjalan ke meja rias dan membuka lilitan handuk di kepadanya.
"Bohong!" ucapan Fara berhasil menghentikan kegiatan Wulan. "Kamu pasti bohong, kan?"
Wulan menunduk tidak berniat untuk menjawab atau sekedar menggeleng. Wulan pergi menarik laci mengambil sisir. Tiba-tiba tangannya ditarik paksa untuk berbalik menghadap Fara.
"Jujur sama aku, kamu kenapa?" Kali ini tatapan Fara menghunus tajam langsung menusuk netra Wulan.
Wulan menunduk, jujur ia tidak kuat jika harus menatap netra mengkilap milik sahabatnya.
"Kalau lagi bicara lihat matanya." Fara mengangkat dagu Wulan dengan satu tangan.
"Aska nuduh gue selingkuh, Far. Dia nuduh sesuatu yang nggak pernah gue lakuin." Wulan membuang muka ke samping mencoba untuk menetralkan rasa perih dalam hidungnya.
"Hah? Gimana ceritanya?" tanya Fara terkejut.
"Ini semua ulah kak Keisya. Dia nyiptain suasana seolah gue lagi bermesraan sama Kak Fendi. Lo ingat, kan, tadi pagi dia kasih teka-teki?" tanya Wulan yang diangguki Fara. "Ternyata itu jebakan, Far. Dia sengaja foto waktu kak Fendi nyuapin gue, dan anehnya lagi Aska langsung percaya gitu, aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
KALIBIRU (End)
Romance[TOP #8 Author Got Talent 2021 Kategori Best Branding] "Karena sebenarnya perasaan kamu udah berubah, kan? Karena kamu takut kehilangan aku, iya, kan?" Kisah seorang gadis berlesung pipi yang bersikeras mengembalikan seluruh ingatan orang yang disay...