19. Kalibiru

59 14 19
                                    

Mobil hitam milik Aska berhenti di depan rumah berlantai dua dengan halaman yang cukup luas dan kolam berukuran besar di sisi kanan. Air mancur yang di kelilingi tanaman berbunga merah berhasil mengecoh fokus Wulan pada rumah mewah tersebut.

"Ini rumah siapa Aska?" Matanya berbinar menatap sekeliling.

Bukan karena tidak pernah melihat rumah semewah ini, rumah ini bahkan lebih sederhana dari rumah-rumah yang ia lihat di Jakarta. Namun, tamanan hijau dengan bunga yang berwarna-warni membuat Wulan merasa tenang seketika.

"Ini rumah Fendi." Aska keluar dari mobilnya dan hendak menginjak kaki di tangga teras rumah bercat putih itu langsung mengurungkan kakinya melihat Wulan yang tidak keluar dari mobil.

Wulan masih mematung mencerna ucapan Aska. Ini adalah rumah Fendi, tetapi mengapa Fendi bekerja pada Aska? Mengapa Fendi tidak membuka kafenya sendiri. Lamunannya buyar ketika ketukan dari kaca jendela ikut memasuki pikirannya. Wulan menoleh melihat Aska yang menyuruhnya untuk turun.

"Ngapain ke sini?" tanya Wulan seraya turun dan mengikuti Aska dari belakang.

"Mau ambil motor. Kita ke rumah bunda dulu, nanti sore baru kita ke tempat gadis itu," jelas Aska meninggalkan Wulan sendirian di teras.

Aska masuk menyapa beberapa pelayan dan ibu Fendi di sana. Setelah mengambil kunci motor di kamar Fendi, Aska keluar menuju garasi. Aska mengeluarkan motor ninja milik Fendi dan memasuki mobilnya ke dalam garasi.

Wulan berdiri di dekat air terjun, matanya menangkap beberapa kupu-kupu kecil. Sudah lama ia tidak melihat kupu-kupu, ia pikir binatang itu sudah punah atau mungkin hampir punah. "Lah, mana ada kupu-kupu di Jakarta. Yang ada kupu-kupu malam." Wulan tertawa pelan.

Wulan mendekati Aska ketika pria itu sudah sampai di sampingnya sambil menyodorkan helm. "Ini gimana cara naiknya, Aska?" tutur Wulan setelah menggunakan helm. Jujur ini pertama kalinya Wulan naik motor ninja.

Wulan hanya melihat di film-film saja. Dulu ia pernah bermimpi mempunyai pacar yang mengajaknya ke mana-mana menggunakan motor ninja, tapi hari ini ia mengutuk mimpi tersebut. Untung saja Wulan memakai jin, bayangkan saja jika ia memakai rok.

Wulan menaiki motor, memegang bahu Aska dan Aska memegang pinggangnya.

"Makasi, Aska." Wulan duduk tidak nyaman, karena jok yang tinggi menurutnya. Motor beat Aris lebih cocok untuk wanita seperti Wulan.

Aska menarik tangan Wulan memeluk pinggangnya, sejenak Wulan tertegun, lalu merasakan kupu-kupu sedang berterbangan dalam perutnya.

"Pegangan, biar nggak jatuh!" titah Aska.

Ia sedikit menjauhkan duduknya dari Aska, agar lelaki itu tidak mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang. Wulan menarik napasnya. Perasaan apa ini? batin gadis itu.

•••

Setelah menemui seseorang, Fara langsung berangkat menuju kafe. Ia langsung menuju dapur mencari gadis yang ingin ia temui. Ari mendekati Fara dan menepuk bahunya pelan.

Fara menoleh. "Lo ke mana, aja, sih?" Selanjutnya Fara menutup mulutnya melihat Ari yang berada di depannya. "Ma-maaf, aku nggak tau ka-"

"Kamu ke mana aja? Kenapa datang telat? Kamu tau kan Keisya bakal catat siapa pun yang datang telat," omel Ari.

Fara memanyunkan bibirnya. "Ya, maap, habisnya aku nggak di bangunin sama Wulan." Fara mendekati Ari dan memeluk lengan pria itu. "Jangan bilang kak Keisya, ya, ya." Wulan memohon sambil membulatkan matanya.

KALIBIRU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang