37. Cinta terakhirku(END)

206 12 10
                                    

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Ya-Sin 36: Ayat 40)

"Saya nikahkan dan kawinkan, Pelangi Wulandari binti Soetomo dengan Aska Nug-" Ah, sial. Ahmad kehilangan fokusnya. "Boleh saya ulangi?"

Penghulu mengangguk, walau sebelumnya Ahmad sudah latihan. Namun, ia sangat gugup, menjadi wali dari kakaknya, melepas sosok gadis yang selalu bersamanya bersama seorang pria yang tidak pernah dicintai saudarinya itu.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau saudara Arga Saputra bin Abdul Wahhab dengan saudari Pelangi Wulandari binti Soetomo, dengan maskawin 1 unit rumah dan 25 gram emas, tunai!" Dengan sekali hentakan Ahmad berhasil mengucapkan ijab kabul.

Di atas sana masih ada Wulan yang menunggu jawaban dari calon suaminya. Namun, tidak ada jawaban apapun. Hanya riuh suara tamu dan panggilan penghulu yang memasuki mic dan menyapa telinganya.

"Kenapa Arga nggak nyahut? Apa dia gugup?" Akibat penasaran, akhirnya Wulan memutuskan keluar dari kamar dan berdiri di samping jerjak, melihat apa yang terjadi di bawah.

Sedangkan, di bawah kericuhan sedikit terjadi melihat Arga yang tidak menjawab dan melepaskan jabat tangannya.

"Kenapa, Kak?" tanya Ahmad. Bukannya Arga yang ingin pernikahan ini cepat-cepat selesai, tetapi kenapa dia tiba-tiba begini.

"Seharusnya aku nggak egois begini," lirih Arga.

"Apa maksudmu, Nak?" Abdul–ayah Arga bertanya.

Arga menghela napas. Jujur kejadian kemarin masih terngiang-ngiang di kepalanya. Mulai dari Wulan yang selalu bersama Aska. Wulan yang belum selesai dari masa lalunya. Wulan yang menatap berbeda kepada Aska. Ada senyum yang berbeda di setiap tarikan bibir ketika ia berpapasan dengan Aska.

Arga juga ingat, ketika ia membuntuti Aska dan Wulan menuju ke tempat pemakaman umum hari itu.

Wulan yang sedang mengelus batu nisan ditemani Aska pun bersuara, "Pa, Wulan bawa, Aska. Wulan bawa sahabat Wulan yang pernah Wulan cerita dulu."

"Om, Wulan mau nikah, tapi sama orang lain. Marahin, dong, Om! Bilang sama Wulan, nikahnya sama Aska, aja!" Aska tertawa pelan.

Wulan melihat Aska, ada sesuatu yang tersirat ditawanya tersebut. "Wulan minta izin nikah, Pa. Biar tugas Aska jagain Wulan selesai." Ia mencium nisan yang bertuliskan nama papanya.

Hati Arga teriris mendengar semua itu. Ia menghancurkan dua kehidupan sekaligus. Wulan memang belum selesai dengan masa lalunya, bahkan mungkin tidak akan pernah selesai.

Lelaki itu yang bersamanya selama 12 tahun. Arga berhak ragu dengan perasaan Wulan yang mungkin tidak akan pernah menjadi miliknya.

Arga melirik Aska yang berdiri tak jauh darinya. "Aska?"

Aska tersendat, ia yang sedang mencerna kejadian pun menoleh. Berdeham singkat lalu melangkah mendekati Arga.

"Lo mau, kan, lanjutin tugas lo ngejagain Wulan?" pinta Arga.

Seluruh tamu undangan dan orang tua Arga mematung, tetapi tidak dengan Dian, Astuty, dan Fara. Ada sesuatu di hati mereka yang sedang bahagia. Tidak ada tamu yang berkutik menyaksikan percakapan kecil yang akan merubah sesuatu yang besar di antara mereka berdua.

"Maksud lo?" Sungguh Aska tidak mengerti.

"Wulan butuh lo dalam hidupnya." Arga menunjuk dada Aska. "Nikahi, Wulan." Lalu telunjuknya mengarah ke atas, tepat di mana Wulan sedang mematung melihat mereka semua.

KALIBIRU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang