32. Engkau Masih Kekasihku

49 9 8
                                    

Klik bintang di pojok kiri, yuk!

Jika kita tidak ditakdirkan di kehidupan sekarang. Semoga kita ditakdirkan di kehidupan berikutnya.

•••

Sebuah dekorasi pernikahan di luar ruangan, tepat di depan rumah ibu Aska adalah ide dari Wulan. Gadis itu sibuk ke sana ke mari menyiapkan sebuah pernikahan yang berkali-kali membuat napasnya tercekat.

Sesekali ia bercanda dengan Dian sambil melihat tukang yang memasang pelaminan. Cukup sederhana, dengan nuansa putih ditambah beberapa tanaman hijau membuat pelaminan terlihat sempurna.

Aska berdiri di depan pintu, dengan kedua tangan yang menyilang depan dada. "Kau kelihatan bahagia, Pelangi." Matanya melihat Wulan yang sedang duduk dengan ibunya. Ia berjalan mendekati keduanya. Melihat perubahan di wajah Wulan membuatnya tersenyum miring. "Pelaminanya bagus, ya." Aska mengambil tempat di sisi lain ibunya.

"Iya, dong, Pelangi yang susun semua." Dian mencolek tangan Wulan.

Wulan tersenyum kikuk. Ada rasa pedih dari dalam hatinya ketika mendengar penuturan Aska. Tentu saja, Wulan belum ikhlas. Namun, ia juga tidak bisa egois. "Tante, Pelangi ke tempat katering dulu, ya."

"Gue antar!" Tiba-tiba Aska menahan lengan Wulan yang buru-buru menghindarinya.

"Heh, nggak perlu antar-antar. Kalian di sini aja, catering udah ada Wahyu yang urus." Dian menarik kedua manusia di depannya untuk duduk kembali.

Aska menoleh melihat Wulan, raut wajahnya cemas, tampak matanya sembab, bibirnya sedikit pucat meskipun sudah ditutupi lip. Aska menghela napas, ia tahu keputusannya memaksa Wulan terus berada di sini menyiksa gadis itu. Namun, Aska ingin keadilan.

"Pelangi?" panggil Dian. "Kamu, Fara sama Keisya nanti tidur di kamar Aska, ya. Biar Aska sama yang lain tidur di luar.

Wulan hanya tersenyum lalu mengangguk. Tentu saja, semua staf kafe tidak terkecuali Keisya datang untuk meramaikan acara yang akan digelar besok. Mereka saat ini sedang duduk di bawah pohon besar yang berada di samping rumah Dian. Apalagi kalau bukan untuk menggosip dan tertawa.

"Pelangi ke sana dulu, ya, Tante. Nanti Pelangi balik lagi." Wulan beranjak lalu sedikit berlari menuju manusia yang sedang tertawa di sana.

Mungkin dengan dia mendengarkan omong kosong dari banyak orang di sini, membuatnya tidak mengingat apapun tentang Aska.

"Wulan, ayuk sini!" Keisya melambaikan tangan.

Ya, Wulan, Keisya, dan Fara, kembali seperti dulu lagi. Di mana mereka tidak mempunyai dendam dan Keisya adalah senior Fara dan Wulan di kafe.

"Kalian omongin apa, kok seru banget?" Wulan duduk beralaskan rumput hijau.

Tawa mereka kembali pecah mengingat beberapa waktu lalu.

"Hai, lembu, kamu cantik, deh." Wahyu mengelus lembu berwarna coklat tua itu.

Namun, tanpa di sadari lembu tersebut malah mendekati Wahyu dan menjilat pada wajah Wahyu.

"Iyuh, jijik!" Wahyu mengelap mukanya dengan ujung baju.

Beberapa detik kemudian sebuah ciuman mendarat di pipi Wahyu membuat Wahyu terbirit-birit.

"Hahahah, gue nggak nyangka. Di balik jonesnya Wahyu, ternyata ada lembu yang suka." Wulan tertawa terbahak-bahak, andai dia melihat adegan tersebut pasti ponselnya sudah merekam supaya viral.

"Gue juga sih, soalnya lucu banget, hahahha." Keisya kembali tertawa.

Tiba-tiba Fendi berdiri dan menarik Wulan. Sontak Wulan dan yang lainnya ikut berdiri. Fendi menarik paksa Wulan, ia sedikit berlari menuju Aska dan Dian yang sedang duduk entah membicarakan apa.

KALIBIRU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang