Hola!
Jangan lupa vote dan komen."ASKA!" Wulan berlari dan memeluk Aska dari belakang.
"WULAN!" pekik Fara melihat Wulan tertusuk dan berlari ke arah Wulan.
Dua preman itu bangun dan lari bersama satu preman yang berhasil menikam punggung Wulan.
Wulan perlahan merasa sakit sehingga tidak sanggup menompang tubuhnya. Aska mematung melihat Wulan yang terkulai lemas dalam pelukannya. Darah segar mengalir dari punggung Wulan melumuri baju Aska. Dengan cepat ia merogoh sakunya dan menelpon Wahyu untuk membawa mobil.
"Ka. Sakit." Wulan mengadu pada Aska.
"Iya, Lan. Kita ke rumah sakit, ya." Nada Aska terdengar lembut dan bergetar. Jujur, ia takut terjadi apa-apa pada Wulan.
Tangan Aska bergetar mengusap wajah Wulan yang menangis menahan sakit. Mata Wulan tertutup membuat Aska panik setengah mati. Aska menepuk-nepuk pipinya agar Wulan bangun.
"Awas lo, kak. Kalau sampai terjadi apa-apa sama Wul-" Fara tidak dapat melanjutkan katanya lagi. Fara menggenggam tangan Wulan menahan tangisannya, dadanya seakan diremas. Sesekali dia segugukan menahan isak.
"Lan, lo yang kuat." Fara melihat sekitar hendak meminta tolong.
Darah Wulan mengalir deras di lengan Aska. Aska mendudukkan Wulan dan meniduri di pangkuan Fara.Aska hendak menelpon Wahyu, tetapi Wahyu sudah sampai duluan. "Lama banget, bego!" umpat Aska.
Aska dengan sigap membopong Wulan dan membawa masuk ke mobil. Fara ikut masuk dan duduk di depan bersama Wahyu.
"Cepetan!" bentak Aska.
Wahyu yang sudah bergelar Pembalap nomor satu di Jogja, melajukan mobilnya menerobos kota yang sudah sepi.
🦋
Mereka sampai di rumah sakit. Wulan langsung disambut oleh brangkar dan para perawat yang membawanya langsung ke ruang ICU. Wahyu dan Aska duduk sambil menatap pintu kaca itu, sedangkan Fara berdiri di samping pintu dengan pipi yang terus-menerus dibasahi buliran netra.
"Duduk dulu, Far. Wulan udah ada di tangan orang yang tepat." Wahyu menepuk tempat duduk di sampingnya.Fara melirik sekilas dan duduk di samping Aska. Gadis itu menenteng dua tas samping, miliknya dan milik Wulan.
30 menit kemudian, pintu ICU terbuka membuat Fara buru-buru menemui dokter. Aska hendak berdiri melihat dompet terjatuh dari salah satu tas yang di pegang Fara. Ia mengambil dan ikut mendekati Dokter.
"Gimana keadaan teman saya, Dok?" tanya Fara.
"Kami sudah menanganinya dengan baik, tetapi dia perlu di rawat. Boleh saya bertemu keluarganya," ucap Dokter.
"Saya keluarganya, Dok," balas Aska.
Dokter membawa Aska ke dalam dan membahas tentang apa saja yang perlu dipantang Wulan dan apa saja yang baik untuk di makan.
Setelah menerima resep, Aska langsung menebus obat di Apotek dan memberi kepada Fara. "Lo bisa jagain Wulan sendiri, kan?" tanya Aska pada Fara seraya menyodorkan obat.
Dengan kesal Fara menarik obat di tangan Aska dan mendorong Aska keluar. "Kakak pergi sana. Kalau Wulan deket sama Kakak pasti dia kena masalah mulu. Heran Fara, nggak Kakak bentak, Kakak marahin, Kakak bilang murahan, pelacur, dan sekarang dia hampir kehilangan nyawanya buat nyelamatin, Kakak." Fara sudah kehilangan rasa sopan santunnya karena kesal sampai dia lupa bahwa Aska adalah bosnya.
"Gue nggak suruh dia buat deket atau nolongin gue," ucap Aska.
"Heh! Kak! Kamu pikir dia juga mau sama kamu? Nggak tau berterima kasih banget, ya. Kalau Wulan nggak ada mungkin, aja, kakak udah Mati!" Emosi Fara membuncah mendengar perkataan yang tak wajar dari Aska.
Aska tak menggubris ucapan Fara. Ia pergi begitu saja dari hadapan Fara diikuti Wahyu dari belakang.
Fara dengan kesal masuk ke dalam ruangan dan duduk di samping Wulan. Ia menatap gadis yang terbaring dengan tangan yang diinfus. "Aku udah bilang sama kamu, jangan ke situ, tapi kamu bandel banget. Nggak bisa apa? Kamu nggak nyusahin aku?" Fara menatap Wulan yang tidak menanggapi ucapannya.
Jelas Fara tidak suka melihat Wulan terbaring lemah seperti ini, dia menghela napas gusar. Tidak ada gunanya mengatakan itu semua pada Wulan. Jika gadis itu bangun pasti dia akan menjawab, “Ini takdir, Far. Udah jalannya gue begini.” Fara tak habis pikir dengan Wulan.
🦋
Aska memasuki apartemennya, tubuhnya yang bau amis dan pakaiannya yang berlumuran darah membuat Aska harus segera mandi. Seluruh badannya sangat lelah, terlebih lagi ketika kejadian menegangkan itu terjadi. Pikirannya yang dipenuhi dengan pertanyaan dan penyesalan kepada Wulan membuat Aska benar-benar tidak bisa istirahat.
Dia mengeluarkan laptop dari tasnya. Dan sebuah dompet berwarna coklat dari dalam sakunya. Ah, dia lupa mengembalikan dompet itu kepada Fara. Aska dengan sengaja membuka dompet itu dan matanya menangkap sebuah foto, seorang gadis kecil yang sedang memeluk pinggang lelaki yang lebih besar darinya.
Aska mematung, mengedipkan matanya agar yang dilihat hanya halusinasi, tetapi semua itu benar. Lelaki kecil itu sangat mirip dengannya. "Ini, kan, gue. Kenapa gue ada di sini, dan perempuan ini?”
Aska menarik KTP yang ada di dompet itu guna mencari tahu siapa pemilik sebenarnya dari foto itu. Ia membaca tulisan hitam di atas kartu biru itu. "Pelangi Wulandari."
Hola!
Makasi udah baca Kalibiru
Jangan lupa follow akun Wattpad dan Instagram aku @ini.adriSee you next part 🌺
KAMU SEDANG MEMBACA
KALIBIRU (End)
Romance[TOP #8 Author Got Talent 2021 Kategori Best Branding] "Karena sebenarnya perasaan kamu udah berubah, kan? Karena kamu takut kehilangan aku, iya, kan?" Kisah seorang gadis berlesung pipi yang bersikeras mengembalikan seluruh ingatan orang yang disay...