4. Sesuatu

99 28 29
                                    

"Gue bisa jelasin," ucap Aska.

"Aku nggak butuh penjelasan kamu!" seru Asya.

"Ini semua cuma salah paham, nggak semua yang lo lihat itu adalah seluruh dari kebenarannya." Aska mendekati Asya yang duduk di kursi ruang tamu.

"Aku takut kehilangan kamu, Ka. Kemungkinan untuk kehilangan itu cukup besar. Kamu nggak cinta sama aku, dari awal kita pacaran semua itu sekedar kesepakatan." Asya menghela napas gusar.

Aska terdiam, tidak membalah perkataan Asya yang memang benar. Bahwa Aska tidak tahu sejak kapan mereka pacaran, tiba-tiba Asya datang dan mengaku sebagai pacarnya. Aska duduk di samping Asya dan memeluknya. Tangan Aska mengelus rambut Asya pelan.

Asya tersenyum tipis, dia merasa tenang setelah dipeluk Aska. Asya berdiri dan mengambil tasnya di meja. "Aku balik dulu, jangan lupa minum obat." Asya memeluk Aska singkat.

Sampainya di pintu Asya berbalik menoleh ke arah Aska yang masih berdiri melihatnya. "Aku butuh kepastian, Ka. Kalau kamu cinta sama aku, besok kamu datang ke lokasi yang aku kirim, kalau kamu nggak cinta, kamu nggak usah datang. Pikirin baik-baik, Ka." Setelah itu, Asya lenyap ditelan pintu.

Aska beranjak menuju dapur, dia menatap kue yang sudah masak dari tadi di dalam oven. Dia mengambil adonan yang sudah matang itu, aromanya harum dan menggoda.

Aska mencoba sedikit kue itu sebelum ia membuangnya. Enak, batinnya seraya mengunyah. Aska seakan terhipnotis dia terus memakan kue coklat itu. "Tapi rasanya nggak asing, gue pernah makan kue ini sebelumnya, tapi di mana?" gumam Aska.

Pikirannya dipaksa berputar, memori itu perlahan muncul. Denyutan di kepalanya membuat Aska ingin menghentikan memori itu, tetapi Aska tetap memaksa agar dia mengingat semuanya.

"Bunda! Yuhu! Aska datang nih!" teriak Aska kecil.

"Kamu memang selalu datang Aska," ucap gadis kecil yang ikut di belakang Aska.

"Bun, Aska main dulu sama Pelangi. Ada titipan dari Mama, kata Mama, Mama mau kue coklat," tutur Aska.

"Jangan bohong, Aska. Pasti kamu kan, yang mau!"

Aska memijat kepalanya pelan, siapa bunda dan Pelangi itu, mengapa wajah mereka selalu samar. Aska mengontrol pikirannya sejenak, dia mengambil kue yang tinggal sedikit dan memasukkan ke dalam kulkas. Aska masuk ke dalam kamar dia tidak ingin pertemuannya dengan anak organisasi Fotografer besok tidak berjalan lancar karena dia sakit.

🦋

Seorang gadis bernetra coklat berdiri di lantai dua kosannya dia menatap Senja sambil berpuisi dalam hatinya.

Ini sudah senja yang keseribu sayang

Begitu usang kutanggung sebuah penantian

Diam di sela angin yang bungkam

Alam mematung menadah hujan

Luka ini takkan sembuh sayang

Terlalu dalam kau goreskan di hati kelam

KALIBIRU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang