13. Senja di Mata Pelangi

71 18 7
                                    

Annyeong!

Kembali lagi bersama Wulan dan Aska di sini.

Jangan lupa vote dan komen.

Happy reading ❤️

🦋🦋🦋

Gadis itu tersenyum kala Aska memarkirkan mobilnya. "Ini De Mangol?" tanya Wulan.

Aska mengangguk mengambil kameranya dan keluar dari mobil. Aska memutar mobilnya membuka pintu untuk Wulan.

"Silakan, Puan Pelangi." Aska mempersilakan seolah-seolah Wulan adalah Putri kerajaan.

"Makasi." Pelangi keluar dengan pesona yang mengagumkan semua orang di parkiran.

Pelangi tertawa kecil dan menggandeng tangan Aska. Mereka membeli tiket dan menuju ke teras kaca untuk berfoto-foto. Aska mengeluarkan kameranya memotret Pelangi yang sedang menikmati senja.

Pelangi berdiri menikmati senja dengan tangan yang bertumpu di pagar. Aska menutup lensa kameranya dan berdiri di samping Pelangi.

"Senja sore ini indah, ya," ucap Aska sambil terus menyaksikan mentari terbenam. "Senja kali ini ditemani Pelangi." Aska melihat Wulan sedang tersenyum.

"Kamu mau menggodaku lagi, Aska?" Pelangi mengangkat alisnya.

"Senja itu tenggelam di matamu, Pelangi. Itu sangat menakjubkan," puji Aska dengan suara puitis.

Wulan mencoba menatap Aska setenang mungkin, dia tidak bisa membiarkan Aska sukses menggodanya kali ini. Wulan menaikkan alisnya. "Mau goda apa lagi?"

Aska tersenyum sebelah dan menatap mata Wulan lekat. Wulan yang salah tingkah ditatap seperti itu akhirnya membuang pandangannya. Benar-benar gila, jika dia terus bersama Aska. Aska menarik dagu Wulan agar menatapnya, dia memajukan wajahnya dan berbisik, "kok wajah kamu kayak kepiting rebus."

Wulan memalingkan wajahnya, jantungnya dipompa lebih kencang dari biasanya, kupingnya ikut merona. Usahanya mengontrol diri berakhir sia-sia. Tanpa sadar mereka menjadi pusat tontonan sedari tadi. Banyak wanita-wanita di sana yang ingin di posisi Wulan.

"Cocok, ya, ceweknya cantik cowoknya ganteng," ucap salah satu pengunjung kepada temannya.

🦋

Mereka duduk di gazebo menikmati pemandangan dari atas bukit. "Rumah Tante yang mana, Ka?" tanya Wulan.

"Kira-kira yang mana, ya? Apa yang itu." Aska menunjuk entah ke mana.
Rumah-rumah itu seperti rumah semut, mereka hanya bisa melihat kotak-kotak kecil dengan warna-warni dari atas. Pohon-pohon yang berwarna hijau menutupi jalanan. Sehingga mereka tidak dapat melihat kendaraan.

"Jogja masih asri," ucap Wulan. "Jakarta terlalu ramai untuk aku yang suka damai, Ka."

"Setiap daerah itu punya keunikan dan pemandangan yang berbeda, jangan dibanding-bandingkan," balas Aska.

"Btw, kok kamu bisa pacaran sama kak Asya?" Pertanyaan ini sudah lama bersarang di pikiran Wulan.

Aska menjelaskan kejadian setahun yang lalu, di mana dia kehilangan sebagian memori masa lalunya, lalu Asya datang mengaku sebagai pacarnya, pegawainya menolak mentah-mentah apa yang dikatakan Asya, Aska yang tidak ingat apa pun memutuskan untuk menerima Asya sebagai pacarnya.

KALIBIRU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang