23. Mahameru

37 14 24
                                    

Hai, di part ini aku mau bawa kalian mendaki bersama Aska ke Gunung Semeru.

Happy reading.

•••

Aska, tim, dan beberapa pendaki lain pun melanjutkan perjalanan menuju Ranu Kumbolo. Dengan langit yang menggelap mereka hanya mengandalkan senter kepala. Aska membawa kamera yang dipasangkan pada tongsis seraya bercakap-cakap ringan. Ini akan menjadi vlog pertamanya di YouTube.

Tiga setengah jam berjalan sambil membawa carier para pendaki pun tiba di Ranu Kumbolo atau disebut Rakum. Mereka tidak dapat melihat jelas Rakum karena malam begitu pekat. Aska memakai baju tebal karena udara cukup dingin di Rakum.

Ranu Kumbolo dijuluki surganya Semeru. Dengan danau yang terbilang luas dan matahari terbit antara dua bukit di depan Danau. Persis seperti gambaran anak SD, tetapi ini versi nyata. Danau tersebut disebut danau suci, tidak ada yang boleh mencelupkan badannya ke dalam danau. Hanya boleh mengambil air untuk minum atau kebutuhan lainnya.

Aska dan tim, serta beberapa pendaki lainnya mendirikan tenda. Mereka bermalam di Rakum. Sebelum tidur, Aska dan tim memasak beberapa bahan yang sudah disiapkan Toni.

Toni adalah pendaki sejati, ia sudah dua kali menaklukkan Mahameru dan ini yang ketiga. Dia tahu betul apa saja yang perlu dipersiapkan. Sedangkan teman lainnya hanya memperhatikan bagaimana cara Toni masak.

Toni menggunakan gas kaleng untuk memasak, ia memasak nasi, kangkung, dan beberapa potong ikan asin. Aska yang sibuk dengan kameranya pun memulai merekam kegiatan-kegiatan mereka.

"Say hi, dulu, dong!" titah Aska pada temannya.

Aska mengarahkan kamera kepada semuanya, ia juga menyapa pendaki lain yang mendaki sekalian bersama mereka. Ini adalah salah satu hal yang di sukai Aska. Di sini semua tidak pandang bulu, mereka saling menyapa dan saling berkenalan.

Setelah menyantap sajian, Aska sempat berpikir, ini adalah pertama kalinya gue mendaki gunung. Ternyata begini rasanya makan dengan rasa seadanya, tapi kenapa gue candu, ya?

Mereka semua tidur, dengan harapan matahari terbit akan terlihat indah besok.

Beberapa jam kemudian, Aska bangun dengan matanya yang berat. Ternyata harapan tidak sesuai rencana. Kabut mengelilingi tenda, bahkan tidak ada sedikit pun danau yang nampak dari tenda Aska.

Aska dan Rio menghangatkan tubuhnya dengan api unggun yang dihidupkan oleh warga setempat. Api unggun tidak boleh dinyalakan sembarangan di sini. Hanya boleh di nyalakan oleh warga sekitar yang sudah mendapatkan edukasi.

Setelah menikmati sarapan. Danau terlihat jelas. Danau yang jernih dan suci dengan dua bukit yang matahari sudah jauh di atasnya. Aska pun berfoto-foto bersama-sama. Mereka memotret dengan segala macam gaya agar danau terlihat sangat indah. Siluet lebih tepatnya, tetapi tidak terlalu indah karena matahari sudah hampir berada di puncak.

Aska mengambil ponselnya dan memberikan pada Toni. "Ton, rekam gue lagi minum air danau, dong."

Toni mengangguk saja. Toh, memang dia yang ahli dalam hal rekam-merekam.

"Yang bagus, ya," Aska membawa gelas dan mencelupkan dalam air, lalu meminum seolah-olah menikmati.

"Oke, mantap!" seru Toni, puas dengan rekamannya yang langsung sempurna.

Aska dan tim pun berfoto-foto dibantu pendaki lain. Tim Aska hanya berisi enam orang, semuanya ahli dalam bidang masing-masing. Dua orang di bidang fotografi, yaitu Aska dan Galang. Satu orang di bidang videografi, yaitu Toni. Lalu yang lainnya di bidang editing. Mereka semua bersatu menciptakan suatu hal yang luar biasa.

KALIBIRU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang