Serangan Awal

272 84 33
                                    

"Bara kamu di mana nak?" Panggil Senja sembari mencari keberadaan Bara.

"Iya bunda, Bara di taman belakang." Teriak Bara keras.

"Sedang apa Bara sepagi ini di taman belakang." Gumam Senja.

Senja yang penasaran pun langsung berjalan menuju taman belakang untuk melihat apa yang dilakukan oleh Bara.

Ketika Senja hampir mendekati Bara, Senja terhenti melihat Bara yang sedang asik bermain dengan anak kucing. Senja sudah mengetahui bahwa Bara merawat anak kucing sejak beberapa minggu terakhir.

"Apa kamu sedang memberikannya makan?" Tanya Senja mendekati putranya itu.

"Iya bunda, tapi sepertinya Ciko sedang tidak sehat." Ujar Bara yang mengelus pelan Ciko.

"Ciko? Kamu memberinya nama Ciko?"

"Bukan aku, tapi Baret-"

"Baretha." Bara terdiam, karena tebakan Senja sangat tepat saat menyebut nama Baretha.

Senja pun tersenyum melihat Bara yang terdiam. Senja akhirnya duduk di samping Bara, Senja tidak tau kenapa Bara harus malu mengatakan nama Baretha.

"Bukankah itu teman mu? Jadi ini kucing dia?" Ujar Senja dengan mengacak rambut Bara.

"Dia menemukan kucing ini terluka dan mengobatinya, tapi aku yang merawatnya."

"Kucing ini sangat lucu, biar bunda bantu buat ngerawatnya. Lebih baik sekarang kamu mandi setelah itu sarapan, bukankah hari ini kamu mau jalan sama Yura."

"Yaudah, Bara tinggal mandi dulu. Jagain Ciko bentar ya bun."

"Iya sayang." Setelah itu Bara langsung berlari kecil menuju kamarnya untuk bersiap-siap.

Senja tersenyum hangat pada kucing peliharaan Bara tersebut. Setelah itu Senja memasukkan kembali kucing itu ke kandang.

Kemudian Senja berjalan kembali menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Saat Senja hendak ke dapur, tidak sengaja Senja mendengar suaminya sedang berbicara di telpon dengan seseorang.

"Aku tidak bisa melakukannya, aku tidak ingin melakukan kesalahan lagi seperti dulu!" Bentak Hendra dan langsung memutuskan panggilan tersebut.

Senja terkejut mendengar suaminya yang sangat marah, Senja tidak pernah melihat Henda semarah itu selama dalam pernikahannya.

Tangan Senja menyentuh pelan pundak Hendra dan hal itu membuat Hendra terkejut dengan wajah yang memucat.

"Suami ku apa ada masalah?" Tanya Senja dengan melembut.

"Tidak ada, aku hanya sedang lelah dengan tugas ku saja." Hendra mengalihkan pandangannya agar tidak membuat Senja curiga.

Hendra duduk di meja makan sembari meminum secangkir kopi panas yang sudah tersaji. Senja sangat mengenal Hendra, dan sekarang Senja sadar bahwa suaminya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Senja duduk di samping Hendra, tangan Senja mengenggam lembut tangan Hendra hingga membuat Hendra menghela nafas berat.

"Kamu tidak bisa membohongi ku. Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Senja.

"Wira mengancam ku, Wira ingin Bara bisa bertunangan dengan Yura secepatnya. Jika tidak, kesalahan ku menyembunyikan kebenaran kecelakaan itu akan di publikasikan." Hendra memijat pelipisnya karena merasakan sakit kepala karena ancaman Wira padanya.

Senja sangat terkejut mendengar ucapan Hendra, Senja tidak menyangka satu kesalahan Hendra di masa lalu akan membuat masa depan Bara menjadi taruhannyan.

BAR-BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang