Bara berlari di koridor rumah sakit dan langkahnya terhenti saat berada di depan ruang operasi.
Bara terdiam dengan wajah yang bingung melihat orang tua Baretha yang menangis, Bara menyentuh pintu operasi dengan tangan yang bergemetar.
"Kenapa bisa terjadi?" Tanya Bara dengan mata yang tidak bisa lepas dari pintu ruang operasi Baretha.
"Nggak ada satupun orang yang tau Bar, bahkan tempat kecelakaan Baretha berada di jalan dekat pelabuhan." Elvano mengusap wajahnya dengan kasar.
Bara merasa ke khawatir sangat dalam, Bara bahkan tidak bisa berpikir jernih. Bara, Elvano beserta keluarga Baretha menunggu dengan perasaan cemas.
Seketika Bara teringat ucapan yang kasar pada Baretha, ucapan Bara yang mengatakan Baretha ada benang hitam takdir buruk dari Tuhan seakan membuat dirinya menyesal.
"Baretha, jangan coba bercanda sama gue dengan cara kaya gini!" Runtuk Bara dalam hati.
Bara merasa Baretha sengaja melakukan hal ini untuk mempermainkan perasaannya, tapi Bara sangat tidak suka jika ini hanya candaan.
Bara sangat mengkhawatiri Baretha yang sekarang sedang berjuang di ruang operasi. Tanpa sadar operasi Baretha sudah berlangsung selama 2 jam.
"Kenapa operasinya begitu lama ayah?" Ani menangis histeris dan Sam mengusap punggung Ani agar bisa tenang.
"Baretha pasti bisa melewati masa kritis ini." Sam sangat percaya bahwa Baretha bisa bertahan.
Tidak lama kemudian pintu operasi pun terbuka dan terlihat Baretha dengan selang oksigen yang terpasang di mulutnya membuat semua orang terkejut termasuk Bara.
"Saya harus membawa Baretha ke dalam ruang rawat." Ujar dokter yang berada di samping brankar Baretha.
"Bagaimana keadaan putri ku dokter." Tanya Sam.
"Putri anda mengalami pendarahan otak yang sangat berat dan karena kecelakaan itu rahim Baretha mengalami benturan yang keras dan karena itu rahimnya mengalami kerusakan. Jadi Baretha tidak akan bisa menjadi ibu selamanya." Ucapan dokter bagaikan sambaran petir yang langsung menghantam mereka.
Mata Bara berkaca-kaca, perlahan Bara mendekati brankar Baretha dan Bara menggenggam tangan Baretha. Bara tidak percaya dengan ucapan dokter yang mengatakan keadaan Baretha sebenarnya.
"Sekarang Baretha juga mengalami koma karena pengeluaran darah yang begitu banyak dan benturan keras di kepalanya." Ani yang mendengar hal itu pun langsung jatuh pingsan.
"Bunda!" Leo langsung membawa Ani ketempat perawatan dengan di ikuti Sam dengan menggunakan kursi rodanya.
Sekarang Elvano dan Bara pun mengantar Baretha menuju ruang rawatnya. Tangan Bara seakan enggan melepas tangan Baretha dan semakin mengeratkan genggamannya.
"Kalian hanya bisa sampai di sini, kalian di perbolehkan untuk menjenguk dari besok. Sekarang biarkan pasien beristirahat." Ujar suster yang mendorong brankar Baretha masuk ke dalam ruangan.
Perlahan tangan Bara pun terlepas dari tangan Baretha. Bara mengepal kedua tangannya, emosi dirinya hari ini seakan keluar begitu saja.
"Tenang Bar, gue percaya Baretha akan baik-baik aja." Bara hanya menggelengkan kepalanya.
"Seharusnya gue angkat telpon dia tadi, gue nggak tau bahwa hari ini hari terakhir gue buat ngomong sama dia." Ucap Bara lirih.
"Jangan ngomong gitu Bar."
"Baretha menghukum gue dengan cara seperti ini El. Menghukum gue dengan rasa bersalah gue."
"Bar anggap aja sekarang Baretha sedang tidur nyenyak dan lo harus berusaha ngebangunin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAR-BAR [END]
Fiksi RemajaBara Adiwijaya adalah orang yang berhati dingin jika bukan dengan orang terdekatnya. Bara yang selalu membantu permasalah dalam geng temannya harus terlibat dengan sosok Baretha Anatasya yaitu orang yang selalu dia ingin hindari. Bara sangat tidak s...