Pelukan Hangat

253 52 4
                                    

1 Bulan Kemudian

"Baretha!" Panggil Elvano sambil melambaikan tangannya pada Baretha yang baru saja keluar dari lab.

Baretha yang masih menggunakan jas dokter pun tertawa kecil melihat Elvano yang memanggilnya. Kemudian Baretha berlari dan langsung memeluk Elvano.

"Kenapa lo bisa ada disini?" Baretha melepaskan pelukannya dari Elvano.

"Emang salah kalau gue mau jemput lo?" Elvano mencubit pipi Baretha gemas.

"Jemput? Emang mau kemana?" Tanya Baretha yang kebingungan.

"Gue mau ajak lo makan bareng."

"Tapi gue masih ada tugas setelah istirahat siang ini."

"Lo tenang aja, gue tadi udah minta izin sama Marcel buat ajak lo jalan. Lo juga kenapa baru sembuh malah langsung kerja?"

"Karena ini kerjaan gue, gue juga harus ngambil ujian susulan karena masalah gue sakit kemaren."

"Oke terserah lo, tapi lo jangan sampai kecapean."

"Iya gue tau." Elvano pun mengusap kepala Baretha lembut.

Elvano sebenarnya sedikit khawatir karena Baretha baru saja keluar dari rumah sakit dua minggu yang lalu. Tapi Baretha langsung kembali dalam pekerjaannya.

Semua orang sudah melarang Baretha agar bisa beristirahat setelah menyelesaikan pengobatannya, tapi Baretha tetap memaksa dengan alasan untuk bisa menyelesaikan pendidikannya dengan cepat.

"Oke, kalau gitu gue mau ajak lo makan steak yang enak." Ucap Elvano.

"Oke, kalau itu gue suka." Baretha tersenyum puas dan langsung masuk ke dalam mobil Elvano.

Elvano tertawa senang ketika melihat Baretha kembali seperti dulu yang sangat ceria bersinar seperti matahari.

Setelah itu Elvano masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya menuju restoran untuk mengajak makan bersama Baretha.

Selama perjalanan Baretha menatap jalanan dengan wajah yang sangat ceria, Baretha sudah sangat lama tidak menikmati jalan-jalan seperti ini.

Setelah keluar dari rumah sakit Baretha hanya diam di rumah dan hanya sibuk kembali dalam pekerjaanya di lab untuk melakukan otopsi.

Baretha juga sibuk melakukan ujian susulan untuk persiapan skripsinya, Baretha harus bisa menyeimbangi Bara karena Baretha ingin menjadi sosok yang pantas untuk Bara.

"Baretha? Lo kenapa ngelamun? Kita udah sampai." Elvano menepuk pundak Baretha yang dari tadi melamun.

"Hah? Udah sampai?"

"Lo sakit? Apa perlu gue anter lo pulang?"

"Gue nggak papa kok, gue tadi cuman lagi mikirin sesuatu aja." Baretha mencoba menenangkan Elvano yang terlihat khawatir padanya.

"Baiklah, kalau gitu kita keluar." Baretha menganggukan kepalanya dan keluar dari mobil bersama Elvano.

Mereka berdua pun masuk ke dalam restoran itu, Baretha dan Elvano mencari tempat kosong untuk mereka duduk. Hingga tidak lama kemudian mata Baretha melihat sosok Devan yang duduk sendirian.

"Devan!" Baretha berlari menghampiri dan Devan pun tersenyum senang.

"Lo disini? Gimana kita makan bareng aja." Ajak Devan sambil menepuk kepala Baretha yang sudah duduk di sampingnya.

"Oke, gue setuju." Elvano menyetujui ajak Devan.

Elvano memanggil pelayan dan mulai memesan makanan untuk mereka bertiga. Setelah itu mereka saling berbicara dengan asik

BAR-BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang