Udara yang bertiup membuat rambut Baretha tertiup, sekarang Baretha sedang duduk di ayunan yang ada di halaman rumah omanya.
Wajah pucat dengan plester luka yang yang ada di dahinya. Semenjak Baretha sampai di Bandung, Baretha hanya diam.
Dari kejauhan Sam dan Ani melihat Baretha yang duduk diam di ayunan hanya bisa menghela nafas.
"Apa kamu sudah berbicara dengan Baretha?" Tanya Sam.
"Belum, Baretha hanya diam. Aku sudah menanyakan pada Elvano kenapa Baretha pergi sendirian ke Bandung dan Elvano pun juga tidak tau masalahnya." Ujar Ani dengan mata menatap sendu ke arah Baretha.
"Biarkan saja, aku senang dia ada di sini. Aku sangat merindukan putri ku itu."
"Ayo kita masuk, aku akan membuatkan cake untuk Baretha." Ani pun menggandeng tangan Sam untuk masuk ke dalam rumah dan membiarkan Baretha sendirian menikmati waktunya.
Baretha menikmati udara yang segar yang jarang dia dapatkan saat di Jakarta. Hingga mata Baretha jatuh melihat gelang milik yang berpasangan dengan milik Bara.
"Kenapa lo nggak percaya sama gue Bar? Apa hanya gue yang percaya sama lo?" Gumam Baretha.
Baretha turun dari ayunan dan berjalan menuju taman bunga yang ada di belakang rumah omanya.
Bau harum menyeruak ke indra penciuman Baretha. Baretha berjalan dengan langkah pelan dan tatapan kosong, Baretha berjalan tanpa alas kaki.
Di saat Baretha berjalan, terlihat sosok Zea berdiri tersenyum padanya dengan menggunakan gaun berwarna putih.
"Retha, lo dari mana aja. Gue udah nunggu lo dari tadi." Ucap Zea sembari menarik tangan Baretha.
"Zea? Lo di sini? Gue senang banget bisa liat lo." Baretha menggenggam erat tangan Zea.
"Gue ada di sini, emang gue pergi kemana? Lo kenapa, apa lo lagi berantem sama Bara?"
"Bara nyakitin perasaan gue, Bara meragukan ketulusan gue menjadi temannya."
"Lo seharusnya tau gimana sifat Bara. Bara adalah cowok yang sulit memperlihatkan ekspresinya, tapi gue percaya dia peduli sama lo."
"Kalau dia peduli, kenapa dia menyembunyikan tentang Hasta dari gue? Lo tau betul bagi gue Hasta kaya saudara gue sendiri."
"Bara ngelakuin itu pasti ada sebabnya Retha. Gue juga tau, karena kepergian gue lo selalu nyalahin diri lo sendiri."
"Ini semua gara-gara gue, maafin gue Zea." Air mata Baretha pun jatuh.
Zea yang melihat pun hanya bisa tersenyum tipis, dan kemudian Zea menghapus air mata Baretha pelan.
Tangan Zea memetik bunga dan memberikannya pada Baretha. Baretha mengambil bunga itu dan menatapnya dengan wajah yang sedih tanpa ada senyuman di bibirnya.
"Cobalah memaafkan diri lo sendiri, semua yang ada di masa lalu itu bukan salah lo termasuk kepergian gue bukan salah lo Baretha." Ucap Zea dengan senyuman manisnya.
Perlahan bayangan Zea pun menghilang dengan cahaya yang terang. Baretha berusaha menggapai tangan Zea tapi Zea sudah pergi tanpa jejak.
Air mata Baretha turun begitu deras mengalir di pipinya, Baretha menggenggam bunga yang ada di tangannya dengan erat.
Hingga mata Baretha mengabur dan seketika Baretha jatuh pingsan di taman bunga dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.
Di tempat bersamaan Bara terbangun dari tidurnya saat mendengar suara bel istirahat berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAR-BAR [END]
Teen FictionBara Adiwijaya adalah orang yang berhati dingin jika bukan dengan orang terdekatnya. Bara yang selalu membantu permasalah dalam geng temannya harus terlibat dengan sosok Baretha Anatasya yaitu orang yang selalu dia ingin hindari. Bara sangat tidak s...