Ini sudah satu minggu setelah Baretha pergi dari Indonesia, tidak ada yang tau bahwa sekarang Baretha pergi ke Australia.
Bahkan Elvano keluarga dari Baretha pun tidak mengetahui apapun. Tidak ada jejak apapun yang tertinggal hingga tidak ada yang tau di mana Baretha berada.
Sedangkan Bara di sekolah melakukan aktivitas seperti biasa. Bara belajar untuk persiapan ujian yang sudah mulai dekat.
"Bar lo mau masuk universitas mana?" Tanya Aslan yang ada di hadapannya.
Sekarang Bara, Aslan, Rafa dan Ratu sedang duduk di kantin. Setelah kepergian Baretha, mereka selalu menghabiskan waktu bersama.
"Gue belum tau, tapi gue mau universitas di sini saja. Gue mau cari Baretha di sini, dan gue percaya Baretha bakalan balik ke gue." Dengan mata bara yang masih fokus pada handphone di tangannya.
"Bar, lo kemaren sempat bilang kalau sebelum kecelakaan itu Baretha sempat nelpon lo berulang kali." Ujar Aslan.
"Iya, dia nelpon gue berulang kali. Tapi karena gue masih sibuk mengurus bukti di kantor polisi membuat gue mengabaikan panggilan itu."
"Bar apa lo nggak merasa curiga? Buat apa Baretha nelpon lo sebanyak itu?"
"Gue juga berpikir seperti itu. Kalau pun Baretha nelpon gue karena hal penting, hal penting apa yang mau dia bilang sama gue?"
"Pelaku kecelakaaan Baretha adalah bokapnya Yura, tapi tidak ada yang tau kenapa Baretha sedang berada di sana."
"Sebelum gue berangkat ke kantor polisi, gue liat dia masuk ke dalam mobil dengan tergesa-gesa." Ungkap Bara dengan perasaan khawatir.
Bara memang merasa ada keanehan di saat Baretha berulang kali menghubunginya. Seakan ada sesuatu yang ingin di sampaikan oleh Baretha padanya.
Kecelakaan Baretha juga bersamaan dengan waktu penangkapan Devan dan waktu dirinya menyerahkan bukti ke polisi, Bara merasa kecelakaan Baretha seakan terhubung dengan semua itu.
"Baretha nggak pernah ngespam kecuali ada hal penting yang mau di bahas." Balas Ratu, karena Ratu sangat mengenal Baretha.
Ratu yang berteman dengan Baretha sejak kecil sangat mengetahui sifat Baretha. Meski Baretha bukan orang yang bisa berbagi kesedihan tapi Baretha akan menghubungi orang terdekatnya jika menghadapi suatu masalah yang serius.
"Gimana kita coba ikuti jejak terakhir Baretha di pelabuhan? Kita akan tau Baretha ada keperluan apa di sana." Usul Rafa agar semua dugaan mereka terjawab.
"Oke, gue setuju sama usulan Rafa." Bara setuju dengan usulan Rafa karena dia ingin mencari kebenaran apa yang ingin Baretha sampaikan padanya.
Aslan dan Ratu saling melempar pandangan, mereka berdua bisa merasakan bahwa Bara sudah menyukai Baretha.
Bara meletakkan handphonenya di atas meja dan pergi menuju stand minuman. Saat handphone Bara bergetar dan layarnya terbuka, mata Ratu membulat ketika melihat foto Baretha ada di layar handphone Bara.
"Astaga! Ini beneran apa yang gue liat?!" Ratu sangat syok melihat foto Baretha ada di handphone Bara.
"Gue udah bisa nebak kalau Bara bakalan suka sama Baretha." Aslan menyeruput minumannya dengan santai.
"Tapi sekarang dia terlambat menyadarinya." Ujar Rafa dengan sorot mata pada Bara yang sekarang mulai berjalan ke arah mereka.
Bara berjalan menuju mereka dengan tangan yang memegang botol minuman, kemudian Bara mengambil handphonennya dan memasukkannya ke saku celana.
"Gue duluan, gue ada urusan lain." Ujar Bara berlalu tanpa menunggu jawaban sahabatnya yang lain.
Bara berjalan sendrian dengan wajah datar. Semenjak kepergian Baretha, Bara semakin dingin dan tidak tersentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAR-BAR [END]
Teen FictionBara Adiwijaya adalah orang yang berhati dingin jika bukan dengan orang terdekatnya. Bara yang selalu membantu permasalah dalam geng temannya harus terlibat dengan sosok Baretha Anatasya yaitu orang yang selalu dia ingin hindari. Bara sangat tidak s...