Awal Takdir

185 60 5
                                    

Bara sekarang sedang mengerjakan tugas kuliahnya di cafe. Saat Bara menyugarkan rambutnya kebelakang dan melepaskan kacamatanya, banyak perempuan menatap Bara dengan tatapan suka.

Bara tidak memperdulikan itu dan hanya menyeruput susu kotak rasa strawberry yang menjadi kesukaan Baretha.

"Hmm permisi kak, boleh minta WA nya nggak?" Ujar perempuan cantik yang tiba-tiba datang menghampiri Bara.

Bara hanya diam dengan menatap perempuan itu, Bara tidak suka dengan situasi yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian orang.

"Gue udah punya pacar." Ucap Bara dengan mengangkat tangannya yang memperlihatkan gelang hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Perempuan itu pun seketika jadi malu, terlebih lagi semua orang di cafe menatap mereka. Tanpa mengatakan apapun perempuan itu langsung pergi dengan perasaan malu.

Elvano yang baru saja sampai pun tertawa melihat kelakuan Bara yang begitu datar pada seorang perempuan.

"Pacar? Maksud lo Baretha pacar lo?" Sindir Elvano dengan santai tanpa peduli Bara menatapnya tajam.

"Baretha cewek gue, apa ada masalah buat lo?" Ujar Bara dengan aura dinginnya.

"Santai Bar, gue cuman bercanda."

"Kenapa lo telat?"

"Gue tadi beli tiket dulu."

"Tiket? Tiket apa?"

"Tiket liburan ke Australia. Gue sama Rafa mau ngajak lo liburan. Katanya Rafa mau jalan-jalan ke Australia, karena itu keinginan Zea dulu." Jelas Elvano.

"Sorry, gue nggak ikut. Gue malas buat liburan." Tolak Bara acuh.

Elvano pun menghela nafas, karena Rafa dan dirinya sengaja mengajak Bara untuk liburan. Karena semenjak kepergian Baretha yang sampai sekarang tidak tau ada dimana membuat Bara semakin dingin dan tak tersentuh.

Bara seperti kehilangan jati diri dan semangatnya. Meski sekeras apapun Bara mempelihatkan dirinya bahwa kuat tapi Elvano tau bahwa Bara merasa sangat kehilangan.

"Lo harus ikut Bar, lo butuh liburan. Lo pikir Baretha bakalan senang liat lo kaya gini, dia bakalan sedih liat lo yang kaya gini Bara. Lo nyakitin diri lo sendiri." Elvano ingin membuat Bara membuka pikirannya.

"Lo tau betul El, kalau gue nunggu Baretha karena rasa penyesalan gue. Rasa cinta gue nggak bisa ngebayar rasa kecewa dan rasa sakit Baretha rasain karena gue." Ujar Bara.

"Jangan nyalahin diri lo terus, dengan kesalahan lo itu akhirnya lo bisa sadar dengan perasaan lo sendiri kan."

"Kenapa kecelakaan itu nggak nimpa gue aja? Setidaknya Baretha bisa hidup bahagia."

"Menurut lo Baretha nggak sedih kalau lo yang mengalami kecelakaan itu, mungkin Baretha akan lebih terpukul kalau liat lo yang terbaring di rumah sakit. Karena bagi Baretha lo teman berharganya." Bara semakin merasa bersalah pada Baretha.

Karena Bara teringat dengan apa saja yang di lakukan oleh Baretha untuk bisa menjadi temannya.

Baretha setiap pagi di sekolah selalu menyapanya dengan ceria meski selalu Bara acuhkan, Baretha tetap aja ngejar Bara tanpa menghilangkan senyumannya.

Senyuman manis Baretha, wajah ceria yang selalu di perlihatkannya pada semua orang masih terekam jelas di ingatan Bara.

"Apa lo tau El apa yang membuat hati gue goyah saat gue bersama Baretha di saat gue masih bersama Yura?" Bara tersenyum tipis dan hal itu membuat Elvano penasaran.

BAR-BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang