Kehilangan

293 78 24
                                    

Terlihat Baretha terbaring setelah di berikan obat tidur, Ani duduk di samping dengan menggenggam tangan putrinya itu.

"Di liat dari perilaku Baretha yang melukai dirinya sendiri, itu mengatakan bahwa kejiwaan Baretha mulai terganggu." Ujar David.

"Bagaimana bisa Baretha melakukan hal ini lagi setelah sekian lama?" Sam tidak menduga bahwa Baretha akan melukai dirinya kembali setelah beberapa tahun yang lalu.

"Saya sudah pernah mengatakan bahwa kecelakaan itu membuat dampak besar untuk Baretha, dan kecelakaan itu membuat anda cedera. Baretha selalu menyalahkan dirinya atas kecelakaan itu."

"Tapi Baretha selalu meminum obat dengan rutin, bukankah itu akan menyembuhkan mental Baretha?"

"Obat tidak menjamin, kasus seperti ini hanya orang itu sendiri yang membuatnya sembuh. Jika orang itu masih dalam lingkaran rasa bersalah, maka obat apapun tidak berguna." Sam mendengar perkataan David menghela nafas berat.

Ani semakin menangis melihat putri bungsu itu, Ani menyentuh lembut luka sayat yang ada di pergelangan tangan Baretha.

Ani merasa bersalah karena dirinya tidak ada waktu untuk menjaga putrinya itu, Ani tidak bisa memberikan kasih sayang dan cinta sepenuhnya pada Baretha karena kesibukannya.

Ani dan Sam terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga melupakan dengan keadaan Baretha yang sangat membutuhkan perhatian lebih.

"Tapi untuk sekarang keadaan Baretha baik-baik saja, Baretha tetap ceria tapi hanya saja moodnya sering berubah." Ucap David.

"Baiklah, sekarang biarkan kami menghabiskan waktu bersama Baretha sekarang." David yang paham dengan ucapan Sam pun tersenyum dan menganggukan kepalanya sebelum keluar dari kamar Baretha.

David keluar dari kamar Baretha dan berjalan menuju ruang tengah dimana Justin menunggunya.

David duduk di sofa dan Justin pun segera memberikan sebuah amplop berisikan sebuah berkas.

"Apa ini berkas kesehatan Zea sahabatnya Baretha?" Tanya David.

"Iya tuan muda, Zea mengalami penyakit lupus. Daya kekebalan tubuh Zea mulai menurun drastis. Keadaan Zea tadi sempat kritis." Jelas Justin.

"Baiklah, jangan sampai hal ini di ketahui oleh Baretha. Aku tidak ingin masalah ini menambah beban pikiran Baretha?"

"Baik tuan muda." Setelah itu Justin pergi meninggalkan David sendirian.

Sedangkan Sam dan Ani masih menemani Baretha yang tertidur. Hingga suara dering handphone Baretha berbunyi membuat Sam segera mengangkatnya.

"Hallo Baretha-"

"Ini ayahnya Baretha, Baretha sedang sakit. Apa ada hal penting?"

"Om Sam? Baretha sakit apa?!" Ujar Ratu yang terkejut ketika tau yang mengangkat telponnya adalah ayahnya Baretha.

"Maaf Ratu, om nggak bisa kasih tau sekarang. Tapi ada apa kamu nelpon Baretha semalam ini?"

"Om, Ratu mau ngabarin kalau Zea meninggal dunia. Keadaan Zea sempat kritis, setelah di lakukan segala upaya akhirnya Zea memilih pergi selamanya."

"Ya Tuhan. Baiklah Ratu, om sama tante akan ke rumah duka mewakili Baretha."

"Iya om." Kemudian Ratu pun memutuskan panggilan tersebut.

Ratu yang berada di koridor rumah sakit terdiam dengan wajah yang sedih. Ratu merasakan khawatir dengan keadaan Baretha.

Dalam waktu bersamaan Ratu harus mendapatkan kabar buruk dari kedua sahabatnya, Zea meninggal dunia karena penyakit di deritanya sedangkan Baretha sakit yang bahkan dirinya sendiri tidak tau apa yang terjadi pada Baretha.

BAR-BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang