Tingkah Awal

209 66 8
                                    

Perlahan mata Baretha terbuka dan Baretha pun terkejut karena Bara tidur di bawah tempat tidur dengan menggenggam tangannya erat.

Terlihat Bara tertidur lelap hingga tidak sadar bahwa Baretha sudah bangun, dengan perlahan Baretha turun dari tempat tidur dan menyampirkan selimut ke tubuh Bara.

"Kamu pasti melewati hari yang buruk karena ku, maafkan aku Bara kalau belum bisa mengingatnya." Ucap Baretha dalam hati dengan mengelus kepala Bara pelan.

Bara tidak terganggu sama sekali dengan sentuhan Baretha, melihat hal itu pun Baretha tersenyum tipis dan beranjak keluar dari kamar.

"Baretha, mau kemana kamu?" Senja tiba-tiba saja mengejutkan Baretha saat menuruni tangga.

"Tante? Hmmm, aku harus pulang ke hotel. Karena masih banyak yang harus aku urus buat kepindahan ku." Baretha tersenyum canggung pada Senja.

"Apa kamu udah bilang sama Bara? Apa Bara belum bangun ya?" Ujar Senja.

"Nggak tante, aku nggak mau ganggu Bara. Biarkan saja Bara tidur."

"Tapi ini baru jam 4 pagi Baretha, apa tidak bisa menunggu selesai subuh?"

"Aku akan menelpon taksi tante, aku harus kembali hotel sekarang."

"Begini saja, kamu di antar sama sopir tante aja. Bara nanti pasti marahin tante kalau biarin kamu pulang sendirian."

"Tapi tante, aku bi-"

"Jangan menolak, dan bisakah kamu jangan memanggil ku tante. Panggil aja aku bunda sayang." Senja mengusap kepala Baretha dan Baretha pun hanya bisa pasrah dan tersenyum hangat pada Senja.

Senja pun merangkul Baretha menuju keluar dan mengantarnya ke dalam mobil, Senja menghampiri supir prbadinya yang berada di pos jaga rumahnya untuk meminta mengantar Baretha pulang ke hotel.

"Baretha, jangan sungkan untuk mampir ke sini." Ujar Senja sembari tersenyum hangat.

"Iya bunda, nanti Retha main lagi ke sini."

"Baiklah, bunda tunggu ya. Oh iya, meski Bara sangat keras kepala tapi sebenarnya dia anak yang baik Baretha." Baretha bingung kenapa Senja mengatakan hal itu padanya.

Sebenarnya Senja mengatakan hal itu tidak tanpa alasan. Senja hanya khawatir jika hubungan Bara dan Baretha kembali menjauh karena sikap posesif Bara yang sangat ketakutan jika Baretha kembali menghilang.

"Eemm, kalau gitu Retha berangkat ya bunda." Baretha pun melambaikan tangannya pada Senja dan di balas Senja dengan tawa kecil.

Setelah itu mobil Baretha pun berangkat keluar dari halaman rumahnya, kemudian saat Senja hendak masuk ke dalam rumah tiba-tiba Hendra berdiri di depan pintu.

Hendra berjalan mendekati Senja dan memeluknya. Senja pun hanya bisa diam dan pasrah karena sekarang berada di pelukan Hendra adalah pilihan yang terbaik.

Senja merasa di hantui rasa bersalah, Senja tidak tau jika keputusan dirinya dan suaminya untuk melindungi Bara harus menghancurkan kebahagian anak sebaik Baretha dan merenggut senyumannya untuk mempertahannkan kebahagian anaknya sendiri.

"Aku tau apa yang kamu rasakan. Jangan memendamnya sendirian, aku juga salah akan hal itu." Ucap Hendra.

"Aku tidak memikirkan bahwa akan berdampak seperti ini Hendra. Kita sudah menyakiti perasaan putra kita." Senja merasa sedih karena awal insiden itu membuat hubungan Bara dan Baretha hancur.

"Jika saja aku tidak mengambil keputusan itu mungkin kita tidak di hantui rasa bersalah pada keluarga Galaksi dan kita bisa memperlihatkan wajah kita dengan bangga pada Bara."

BAR-BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang