"Kak Marcel, aku mau perawatan ku langsung ditangani oleh kakak. Aku menerima metode perawatan apapun itu." Ucap Baretha pada Marcel yang sekarang mereka sedang duduk di kursi taman rumah sakit.
"Apa kamu bersungguh-sungguh?" Tanya Marcel untuk memastikan keputusan Baretha.
"Iya. Aku sudah terlalu membuat ayah, bunda sama yang lain khawatir dengan keadaanku."
"Apa kamu yakin bisa menyakinkan Felix untuk kesembuhanmu ini? Jika Felix marah itu akan membuat semakin sulit, karena mungkin saja Felix akan benar-benar terkunci di dalam diri kamu."
"Aku akan berusaha keras untuk kesembuhan ku ini." Jawab Baretha yakin.
Setelah mendengar ucapan Bara dan bayangan Rafa yang mengatakan bahwa banyak orang yang menunggu kesembuhan dirinya, Baretha bertekad agar bisa sembuh dari sakitnya itu.
Baretha ingin berhenti menyakiti dirinya sendiri agar Bara tidak akan melihat dirinya yang kacau lagi. Baretha sedih karena selalu saja membuat Bara khawatir dengan keadaannya.
Sesaat Marcel menatap wajah pucat Baretha yang sekarang ada disampingnya. Marcel ingin sekali menyentuh pipi Baretha, tapi Marcel sadar bahwa Bara lah yang berhak atas Baretha.
"Baiklah, kakak akan bantu kamu dalam pengobatan ini." Ucap Marcel dan seketika membuat Baretha tersenyum senang.
"Terima kasih kak Marcel. Aku sangat mempercayai kakak, karena kak selalu merawatiku dengan baik." Baretha sangat senang.
Tapi seketika senyuman Baretha menghilang, Baretha tiba-tiba teringat dengan sosok David. Sejujurnya Baretha tidak bisa melupakan David begitu saja.
"Kenapa?" Tanya Marcel khawatir saat melihat perubahan wajah Baretha.
"Kak Marcel, apa aku terlalu egois?"
"Apa maksudmu Baretha?"
"Sebenarnya aku masih belum bisa melupakan kak David. Kak David yang menyelamatkan nyawa ku dan ayah, aku tidak bisa melupakan jasa kak David itu." Ucapan Baretha membuat Marcel terdiam membeku.
Tanpa Baretha sadari, Bara berdiri tidak jauh di belakang Baretha dan Marcel duduk. Bara menatap punggung Baretha dengan iba.
Bara sudah sangat mengetahui hal itu. Karena itu, terkadang Bara merasa iri dengan David karena Baretha sangat menghargainya.
"Jika saja gue yang menyelamatkan Baretha pada saat kecelakaan itu, apa mungkin masalah ini tidak akan terjadi?" Bara merasa sedikit menyesal tidak menolong Baretha pada kecelakaan itu dan memilih melanjutkan perjalanannya ke rumah sakit untuk melihat keadaan Yuda.
"Jika pada saat itu aku tidak diselematkan oleh kak David mungkin aku tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Bara." Bara melebarkan matanya saat Baretha menyebutkan namanya.
"Jadi apa kamu tidak membenci David." Tanya Marcel.
"Aku membencinya sangat membenci melebihi dari siapapun. Kepercayaan ku dikhianati dan dia juga menghilangkan nyawa sahabatku bahkan dia juga berencana menghilangkan nyawa Bara orang yang aku sukai." Baretha mentap gelangnya dengan sedih.
"Tidak apa-apa, itu hal yang wajar yang kamu rasakan."
"Aku sangat berhutang budi karena kak David menyelamatkan hidupku, tapi sekilas aku berpikir mungkin sebaiknya aku tidak selamat jika harus merusak kehidupan orang lain."
"Jangan bicara seperti itu Baretha!"
"Tapi nyatanya seperti itu, karena aku kak David melakukan hal kriminal."
"Ini bukan salah kamu, tapi David memang hanya memperdaya kamu dalam rencana balas dendamnya."
"Aku tidak tau apa dia memang peduli denganku atau hanya menggunakan aku untuk rencana balas dendamnya. Tapi dia sudah menyelamatkan nyawaku, karena hal itu aku bisa bertemu dengan Bara." Baretha merasa David juga adalah salah satu takdirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAR-BAR [END]
Teen FictionBara Adiwijaya adalah orang yang berhati dingin jika bukan dengan orang terdekatnya. Bara yang selalu membantu permasalah dalam geng temannya harus terlibat dengan sosok Baretha Anatasya yaitu orang yang selalu dia ingin hindari. Bara sangat tidak s...