Titik Kecewa

261 73 36
                                    

Setelah mengikuti Devan, Bara dan kedua sahabatnya kembali ke markas ANGEL untuk mengatur rencana selanjutnya.

"Setelah ini apa yang kita beritahukan pada Aldi?" Rafa mengkhawatirkan hubungan kerabat ANGEL, DEVIL dan BARAGAN hancur karena menyelidiki Devan.

"Kita harus memberitahukan alamat persembunyian Devan pada Aldi." Ujar Bara.

"Lo yakin ini nggak bikin pertikaian DEVIL sama BARAGAN?" Aslan sangat khawatir jika hubungan pertemanan mereka semua akan hancur karena rencana membongkar kebenaran ini.

"Gue yang akan tanggung jawab." Bara langsung mengambil jaketnya yang ada di sofa dan berjalan keluar markas.

"Apa ada yang lo tutupin dari kita? Kenapa lo melakukan rencana ini tanpa berpikir panjang?" Ucapan Rafa seketika membuat langkah Bara terhenti.

Rafa dan Aslan sudah merasa curiga ketika Bara melakukan rencana tanpa berpikir untuk mengungkapkan kebenaran dari insiden kecelakaan Mahesa.

Sebelumnya Bara tidak pernah melakukan apapun tanpa rencana yang matang tapi sekarang Bara melakukan rencana dengan cara yang nekat.

"Apa yang gue lakuin ini demi untuk melindungi seseorang." Bara menatap gelang pemberian Baretha yang terpasang di pergelangan tangannya.

"Melindungi seseorang? Siapa?" Tanya Aslan penasaran.

Tapi Bara tidak menjawab melainkan melanjutkan langkahnya menuju motornya terparkir.

Bara memasang helm full facenya dan segera melajukan motornya pulang ke rumah. Selama di perjalanan Bara hanya memikirkan ucapan David padanya hingga membuat dirinya tidak fokus mengendarai.

Saat Bara asik dalam pikirannya, tiba-tiba Bara langsung mengerem kuat motornya saat seorang cewek yang menggunakan celana pendek dan baju hitam di depannya.

"Aaa!" Teriak perempuan itu sambil menutup telinganya.

Bara segera mematikan motornya saat melihat cewek yang hampir di tabraknya adalah Baretha. Bara segera turun dari motornya dan menghampiri Baretha.

"Baretha? Lo nggak papa?" Tanya Bara pelan ketika melihat tubuh Baretha bergemetar.

"Ba-Bara?"

"Maafin gue, apa ada yang luka?"

"Gue nggak papa, maaf gara-gara gue perjalanan lo terhambat."

"Kenapa lo yang minta maaf? Gue yang salah, gue hampir aja nabrak lo Retha."

"Ini salah gue, gue tiba-tiba aja nyebrang tadi dan-"

"Diam Baretha! Gue muak dengar lo minta maaf, gue udah bilang ini salah gue. Jangan buat gue semaki di bebani rasa bersalah gue!" Bara membentak Baretha dan sontak membuat Baretha tertegun.

Sedangkan Bara kesal karena setiap kesalahan yang di lakukan Bara pada Baretha, Baretha selalu saja minta maaf padahal itu bukan kesalahannya.

Baretha bingung kenapa Bara bisa semarah itu, tangan Baretha terulur mengambil tangan Bara dengan lembut dan menggenggamnya.

"Bara, lo kenapa? Apa ada masalah?" Baretha menatap wajah Bara dengan lekat.

Bara pun hanya diam dan membalas tatapan Baretha, Bara juga mengeratkan genggaman tangannya pada Baretha.

"Bara ngomong sama gue, seben-" ucapan Baretha terhenti ketika Bara menaruh kepalannya di pundak Baretha.

Sontak hal itu membuat Baretha gugup dam membeku, Bara menaruh kepalany di pundak Baretha sambil menghela nafas.

BAR-BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang