Aura Kejahatan

237 76 13
                                    

"Bara, kamu dari tadi diam mulu sih." Yura berdecak kesal karena sedari tadi Bara hanya diam.

"Aku lagi mikirin sesuatu Ra." Sahut Bara sambil memijat pelepisnya.

"Kamu itu lagi jalan sama aku Bara! Kamu lagi mikirin apa sih?! Teman geng kamu itu atau jangan-jangan cewek yang nggak tau malu itu!"

"Apa maksud kamu Ra?"

"Aku tau Bara, kamu sekarang mulai dekat sama cewek yang namanya Baretha itu. Aku nggak suka sama cewek nggak tau malu itu Bara!"

"Yura! Jangan katakan hal buruk tentang Baretha!" Bentak Bara dan seketika membuat Yura terdiam.

Untuk pertama kali Bara membentak dirinya hanya untuk orang lain, terutama hanya untuk Baretha yang tidak lain adalah cewek asing yang baru saja masuk ke dalam kehidupan Bara.

Sedangkan Bara pun tidak tau kenapa dia bisa sampai membentak Yura, tapi yang pasti Bara sangat tidak suka ketika mendengar Baretha di rendahkan.

"Kamu bentak aku hanya karena cewek itu?" Ujar Yura dengan sorot mata yang penuh amarah.

"Aku sudah bilang Yura, teman atau pun geng aku jangan pernah coba rendahkan mereka!" peringatan Bara tegas.

"Jadi Baretha teman kamu? Kamu ngebentak aku cuman hanya karena teman yang baru kamu kenal!"

"Hubungan bertahun-tahun bisa hancur hanya satu hal pemicu. Kamu masih saja tidak percaya sama aku Yura, dan sifat itu yang aku benci dari kamu!"  Ujar Bara dan langsung meninggalkan Yura begitu saja.

"Bara! Bara! Bara!!!" Teriak Yura tapi tidak dihiraukan oleh Bara sedikit pun.

Yura yang kesal langsung melempar minumannya ke lantai tanpa memperdulikan pandangan orang-orang kepadanya.

Sekarang Yura sangat marah dan benci pada Baretha, karena Baretha untuk pertama kalinya Bara semarah ini dengan dirinya.

"Lo tunggu aja Baretha, gue akan membalas ini dan membuat lo hancur!" Ucap Yura dengan tangan yang mengepal kuat.

Dengan langkah besar Yura berbalik dan menghentikan sebuah mobil taksi, kemudian Yura masuk ke dalam dengan membanting pintu mobil taksi itu.

"Ke perumahan Kemang." Ucap Yura pada supir taksi itu.

Supir itu pun segera mengendarai mobil taksinya menuju alamat yang Yura tujukan. Wajah Yura mengeras saat mengingat Bara yang membentak dirinya hanya karena sosok Baretha.

Hampi 30 menit akhirnya Yura sampai di rumah, setelah membayar biaya taksi Yura dengan langkah menghentak masuk ke dalam rumahnya.

"Ada apa ini Yura? Kenapa kamu membuka pintu begitu keras?" Ujar Wira yang sedang menyeruput kopi di ruang santai.

"Papah, lakukan satu hal lagi untuk ku. Hancurkan Baretha seperti papah menghancurkan ayahnya." Pinta Yura dan seketika senyuman licik muncul di bibir Wira.

"Apa dia mulai mengganggu mu?"

"Dia mulai dekat dengan Bara, aku tidak suka melihatnya dan juga kapan rencana pertunangan yang papah janjikan pada ku."

"Baiklah, putri papah jangan cemas. Papah akan melakukannya dengan halus untuk kebahagian putri papah."

"Terima kasih pah!" Yura langsung memeluk Wira karena sangat senang permintaannya akan di turuti.

Wira memeluk putrinya dengan kasih sayang, Wira akan melakukan apapun untuk putri tunggalnya. Bagi Wira, Yura adalah kebahagian hidupnya.

"Oke, sekarang kamu masuk kamar dan istirahat. Besok mamah akan pulang jadi pagi kita harus ke bandara." Wira mencubit pipi Yura dan mengusap kepalanya.

BAR-BAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang