tuk tuk tuk...
Ketukan sepatu yang beradu dengan lantai, menimbulkan suara menggema di sepanjang koridor yang cukup sunyi.
Seorang gadis tengah menengadahkan kepala seraya menutup mata rapat-rapat.
Suara tawa terdengar cukup jelas dari dalam ruangan, sepertinya cukup sampai disini. Mendengar tawa-nya sudah membuat Yeji lega.
Hembusan napas gusar secara perlahan keluar dari rongga mulut, dengan yakin Yeji melangkah menjauhi pintu kamar naratama 10 yang terletak di lantai empat.
Cklek
Suara tawa yang sebelumnya terdengar hilang dan berubah senyap dalam sekejap, mereka saling memandang, tidak ada yang membuka suara terlebih dahulu. Bibir mereka tertutup rapat dan otak mereka mulai mencerna situasi yang sedang terjadi.
"G-gue laper nih, beli makan yuk!" ajak Han yang menyadari maksud dari tatapan kekasihnya di ambang pintu, Han menyikut lengan Jeongin.
"Oh! iya, yuk kita makan. Kak Hyunjin mau nitip apa?" tanya Jeongin yang mulai mengerti situasi saat ini.
Syukurnya Seungmin dan Felix langsung paham setelah melihat kehadiran seseorang di ambang pintu. "Lo mau nitip Jin? biar sekalian kita beli," ujar Seungmin.
"Cake strawberry," sahut Hyunjin seraya tersenyum manis menatap seorang gadis bersuarai panjang yang sedang mengalihkan pandangannya.
"Hah? emang ada yang ultah atau ada acara penting?"
"Untuk siapa?"
Berbagai pertanyaan mulai bermunculan satu per satu.
"Untuk tunangan gue," balas Hyunjin singkat.
Setelah mendengar itu teman-teman Hyunjin mengangguk paham dan tersenyum seraya menggoda Hyunjin.
"Ok, cake strawberry akan segera dipesan!" seru Han kemudian ia berlari kecil menuju ambang pintu dan merangkul Chaeryeong yang sudah menunggu sejak tadi.
Seungmin, Felix, dan Jeongin segera menyusul langkah Han, tak lupa tersenyum simpul saat melewati gadis yang disebut 'tunangan' oleh Hyunjin.
Perlahan tapi pasti, Yeji berjalan mendekati Hyunjin yang masih berdiam diri di atas tempat tidur.
Ini pertama kalinya bagi Yeji, melihat Hyunjin yang kini tidak memakai ventilator, perban yang menutupi rambut hitam laki-laki itu juga sudah terlepas beserta gips di kaki Hyunjin, dan tidak ada bunyi dari Elektrokardiograf yang biasanya menemani kesunyian ruang ICU.
Hanya tersisa infus dan terdapat perban kecil yang masih menempel di dahi bagian kanan Hyunjin.
Yeji berdiri tak jauh dari keberadaan Hyunjin dan menatap laki-laki yang masih setia tersenyum manis ke arahanya.
Mata Yeji mulai terasa panas, perasaannya campur aduk, untuk menguatkan diri ia mulai mengepalkan kedua tangan yang terletak di sisi tubuhnya.
"Ye-" ucapan Hyunjin terputus saat Yeji memeluknya. Hyunjin diam, ia sangat kaget. Baru kali ini Yeji memeluknya. Saling bergenggaman tangan saja tidak pernah apalagi berpelukan.
Untung saja Hyunjin tidak sedang menggunakan elektrokardiograf, jika seandainya masih, otomatis Yeji akan mengetahui denyut jantung Hyunjin yang saat ini melebihi batas normal.
"Makasih banyak Jin, makasih lo udah bertahan dan bahkan sekarang lo dalam keadaan baik-baik aja," ucap Yeji kemudian ia semakin mengeratkan pelukannya.
Hyunjin menelan air liurnya, ia berusaha menahan detak jantungnya yang semakin menggila.
Setelah berupaya sekuat tenaga, secara perlahan Hyunjin membalas pelukan Yeji dan tersenyum senang. Aroma tubuh Yeji berhasil menenangkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SC-1| Complicated
Fanfiction#Series C Namanya Hwang Yeji, sosok gadis cantik yang berasal dari keluarga kaya. Ayah Yeji adalah seorang dokter ahli saraf sedangkan ibunya merupakan model terkenal. Namun, kehidupannya tidak seindah status kedua orang tuanya. Ditambah lagi, pert...