58.00

159 40 3
                                    

Brak

Daun pintu yang tertutup dengan keras membuat tiga manusia di dalam kamar tersentak kaget, tetapi sedetik berikutnya mereka kembali sibuk dengan urusan masing-masing. 

"Bukan gitu! gue gak ngelarang lo sayang... cuma gak usah lama-lama," protes Han.

"Nanti gue gak bisa main ke rumah, terus gak dapat camilan gratis dari Bunda lagi," ujar Han sembari mendudukan bokongnya disisi tempat tidurnya.

"Ya, gak gitu jug-"

tut tut tut

"Chaer... halo? Chaeryeong!" Han berdecak saat melihat layar hp, sambungannya diputus secara sepihak. 

Felix yang melihat itu menggelengkan kepala, "Gue heran, lo selalu berantem, tapi sampai saat ini masih pacaran," komentar Felix.

Mendengar itu, Han menghela napas berat. "Lo gak akan ngerti perasaan gue sampai lo punya pacar. Cuma Hyunjin yang bisa paham, ya kan Jin?"

Pemilik nama yang disebutkan Han, hanya berdeham singkat dan mengangguk pelan karena matanya sedang fokus pada layar hp.

"Pacaran itu ribet," komentar Felix lagi.

"Gak juga," elak Han dan Hyunjin secara serempak.

"Min?" Felix sedang mencari pembenaran. Seungmin menoleh lalu menggeleng singkat. 

"Maksud gelengan kepala lo itu artinya 'enggak' atau 'gak tau' sih?" tanya Felix yang terheran heran melihat respons ambigu sahabatnya itu.

"Keduanya."

Felix berdecak mendengar sahutan Seungmin. "Bisa gak sih, sekali aja lo gak usah nyebelin?" 

"Lo sama gue itu, sebelas dua belas," sahut Seungmin singkat lalu ia beranjak dari duduknya dan berpindah tempat, merebahkan tubuh di atas kasur empuk milik Han. 

"Gue duluan ya," ujar Hyunjin tiba-tiba, dan segera di-iya-kan oleh para sahabatnya.

--o0o--

"Gini deh, simpelnya, kalau lo emang masih sayang ya lo stay aja. Daripada lo nyesel," dengus Ryujin memberi masukkan. 

"Kan lo sendiri yang kasih tau ke gue untuk tetap pada pendirian, sekarang lo malah bimbang sama Hyunjin, gimana sih."

"Ryujin..." Teman-temannya yang lain berupaya memperingati Ryujin yang mulai ngelantur menyalahkan Yeji.

"Iya iya, tapi gue benar kok, gak ada yang salah sama kata-kata gue. Nih ya Ji, botol minum termos yang gue kasih ke lo tadi pagi itu punya Hyunjin. Dia nitip ke gue, dia bilang, dia takut lo batuk karena kebanyakan makan coklat. Sepeduli itu dia sama lo."

"Kalau gue jadi lo sih... gue pasti mempertahankan cowok kayak Hyunjin," lanjut Ryujin, ia berbicara sejujur mungkin. 

"Hidup jangan dibawa susah Ji. Udah syukur ada cowok yang mau sama lo dan tahan ngadepin sikap lo," cerocos Ryujin.

"Ryujin!" seru Lia dan Chaeryeong. Memang kebiasaan ceplas ceplos Ryujin sudah mendarah daging.

Yuna hanya diam saja, ia terlalu malas menanggapi kalau Ryujin sedang memaparkan pendapatnya. "Kak Yeji, ada telepon," ucap Yuna yang menyadari layar hp Yeji menyala. Segera Yeji mengambil hp dan melihat nama yang tertera.

Yeji menghela napas pelan, "Mobil pesanan gue lagi semenit sampai, gue pergi ya," ucap Yeji lalu menggantungkan tas selempangnya di pundak kiri.

"Biar gue antar," ujar Lia menawarkan diri dan kemudian mengekori Yeji keluar kamar menuju pintu depan.

SC-1| ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang