30.00

208 36 21
                                    

Hyunjin menggerutu tak suka, ia kesal, risih, tak bisa menerima ucapan Yeji. Laki-laki itu kepanasan, padahal udara di tempatnya berada saat ini sangat sejuk.

"Lo beneran ngomong gitu? gak akan nyesel? yakin?" Berulang kali Hyunjin memastikan seraya menatap lekat kedua bola mata Yeji, berharap jawaban Yeji berubah, setidaknya 0,000001 persen. 

Gadis dihadapannya menghela napas lalu mengangguk yakin tanpa ekspresi, "Lagian ya, lo akan lebih bahagia sama orang yang tulus mencintai lo. Dibanding berusaha mati-matian buat gue jatuh cinta sama lo, mustahil," ujar Yeji dengan sangat yakin.

"Ji, kita udah tunangan," kesal Hyunjin. Status mereka yang telah resmi bertunangan, ternyata tidak sekuat yang Hyunjin bayangkan. 

"Terus? tunangan cuma status Jin, gue ngebebasin lo mau pacaran atau dekat sama siapapun. Asal, setiap kali kita ada di depan Oma dan kedua orangtua kita, lo harus bersandiwara kalau kita saling sayang," jelas Yeji.

Telinga Hyunjin sangat panas mendengar deretan kata itu. "Gue gak pernah sandiwara sayang sama lo. Respons lo yang kayak gini jauh dari harapan gue," lirih Hyunjin lalu memalingkan wajahnya.

"Gak usah berharap sama gue," desis Yeji, suaranya sangat kecil hingga Hyunjin tidak bisa mendengarnya.

Sebelumnya, setelah mereka selesai belajar bersama--hanya Hyunjin yang benar-benar.  Hyunjin menceritakan pada Yeji bahwa Jaemin memintanya untuk membahagiakan Winter yang notabene sangat menyayangi sosok Hyunjin.

Respons Yeji malah mendukung, padahal bukan itu yang Hyunjin inginkan. Apakah tidak ada sedikit pun rasa cemburu di benak Yeji?

"Gini ya Jin,  Winter itu udah baik, ramah, ceria, cantik, pinter, beda jauh deh sama gue yang biasa-biasa aja. Cowok jenius kayak lo, cocoknya bersanding sama cewek kayak Winter."

"Emang lo gak ada rasa gitu ke Winter?" lanjut Yeji.

Hyunjin tidak suka ucapan Yeji, bagi Hyunjin, Yeji adalah dunianya, tidak ada yang bisa menggantikan gadis itu di hati Hyunjin. Tertanda sejak ia menjadi murid baru di SMA.

"Gak ada," sahut Hyunjin ketus.

"Lo coba aja dulu Jin, perlahan pasti tumbuh rasa," saran Yeji santai seraya menyeruput habis minumannya yang masih tersisa dikit.

"Gak mau."

"Keras kepala lo," komentar Yeji.

"Lo cuma belum sadar, perasaan aneh yang menghampiri lo belakangan ini sebagai tanda lo mulai suka gue." Kalimat itu sukses membuat Yeji bungkam, ia juga tidak tahu perasaan macam apa yang menghampirinya akhir-akhir ini, dan darimana Hyunjin tau tentang perasaan aneh itu?

"Terserah lo deh," ucap Hyunjin sebagai penutup, kemudian laki-laki itu beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Yeji yang masih berdiam diri.


~Berubah~

"Ryujinnnn!" 

"Berisik! diem."

"Ya ampun Ryu, cantik banget lo hari ini," puji Lia sambil memainkan rambut Ryujin.

"Ngejek ya lo?" dengus Ryujin tak suka dan kembali merebahkan kepalanya diatas tumpukan tangan.

"Ryujin udah belajar?" kini Chaeryeong yang bertanya. Pertanyaan itu hanya dibalas anggukan kecil oleh Ryujin.

"Semangat tryout hari ini, lo pasti bisa kalahin Felix!" seru Lia yang mengacak rambut Ryujin gemas. Perlahan Ryujin mengangkat kepala dan menatap teman-temannya. 

SC-1| ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang