56.00

152 36 5
                                    

Hyunjin bergegas lari menuju parkiran untuk mengejar mobil hitam yang Yeji tumpangi di depan sekolah.

Selama perjalanan, Hyunjin terus menambah kecepatan mobil agar bisa secepat mungkin menyusul mobil hitam yang jaraknya sudah lumayan jauh dari jangkauannya.

"Mau makan?" tanya seorang laki-laki yang sedang menyetir dengan lembut.

"Enggak. Aku mau pulang," tolak Yeji cepat. Sedari tadi, mata Yeji memandangi jalan raya yang nampak berbeda. Di tengah hujan gerimis, jalan yang biasa Yeji lewati tumben sekali lenggang. 

Hal itu membuat dirinya dapat melihat rintikan hujan jauh lebih jelas. "Kenapa sih harus hujan," gerutu Yeji kecil.

Hatinya bergemuruh setiap kali ingatan itu muncul, ia terus meremas jemarinya dengan kedua bola mata yang mulai memerah.

"Bukannya kamu suka banget sama hujan ya Ji," tanggap laki-laki di sebelah Yeji.

"Enggak," sahut Yeji dingin. Sorot matanya beralih menatap kendaraan di depan.

Yeji memang sangat suka ketika hujan turun, tapi itu dulu, dulu sebelum ia melihat penghianatan mom terhadap dad  di tengah hujan gerimis. Ia semakin membenci hujan ketika tunangannya lebih memilih gadis lain lalu meninggalkannya seorang diri di tengah taman dalam situasi serupa.

"Ji, kamu kenal mobil di belakang? kayaknya dari tadi dia ngikutin kita deh," ujar Yeonjun menyadarkan lamunan Yeji.

Yeji melirik kaca mobil, ia melihat mobil putih yang terus berusaha mencari celah mendahului lalu pandangan Yeji beralih melihat plat mobil, "ngebut aja kak, gak usah dihirauin."

Tanpa pikir panjang, Yeonjun menuruti permintaan Yeji. Sepuluh menit berlalu, mereka sampai di depan gerbang megah rumah Yeji, "Makasih kak, hari ini aku mau sendiri. Lain kali aja kakak berkunjung," ujar Yeji kemudian ia turun dari mobil dan berjalan cepat memasuki area rumahnya.

Yeonjun terus memperhatikan Yeji hingga gadis itu menghilang dibalik gerbang, tetapi ia segera membuka pintu mobil lalu menghentikan seorang laki-laki yang berlari ke arah gerbang rumah Yeji.

"Mau ngapain lo?" cegat Yeonjun seraya manaikan satu alisnya.

"Bukan urusan lo."

"Yeji, buka gerbangnya, sayang!" teriak Hyunjin yang terus menekan bel rumah Yeji.

"Dia mau sendirian dulu, mending lo gak usah ganggu," usik Yeonjun lagi.

Hyunjin menghadapkan tubuhnya ke arah Yeonjun. "Lo bisa diem gak sih? gak usah ganggu urusan gue sama tunangan gue. Ngerti?" 

Mendengar sahutan Hyunjin membuat Yeonjun tertawa geli. "Kalau lo emang sayang sama Yeji, seharusnya lo bisa menghargai keputusan Yeji yang lagi gak mau di ganggu. Bukannya malah ngusik ketenangannya." Ucapan yang keluar dari mulut laki-laki di depannya ini malah membuat Hyunjin kesal.

Tangan Hyunjin mengepal lalu ia menatap Yeonju dengan sorot mata tajam. "Makasih lo udah perhatian sama Yeji, makasih udah antar dia pulang dengan selamat. Seharusnya sih, sekarang  lo gak ada disini, pergi sana, gak usah ikut campur urusan gue."

Mendengar ucapan Hyunjin yang seolah olah sedang mengusirnya, membuat Yeonjun kesal, ia menyugar rambutnya ke belakang. "Gue kayak gini karena gue sayang sama Yeji, gue gak mau ketenangan dia terganggu akibat ulah lo. Terima kenyataan aja kalau Yeji gak pernah cinta sama lo!"

"Maksud lo?" tanya Hyunjin sinis.

"Selama di mobil, gue tanya apa alasan Yeji tunangan sama lo. Jawabanya cukup mengejutkan gue, intinya dia gak pernah ada rasa ke lo, jadi lo berhenti kejar dia. Karena gue akan wujudin harapan Yeji sebagai cinta pertamanya."

SC-1| ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang