14.00

201 46 5
                                    

Ada yang masih nungguin kelanjutan work ini kah? 👀



-- 👣 ---

_Rasa Bersalah_


"Nanti."

"Lo pulang aja."

Secepat kilat Yeji menggelengkan kepala, sebagai respons atas ucapan laki-laki berbaju pasien di depannya ini. Sorot mata tajam-nya menunjukan keseriusan. "Gue disini untuk bertanggungjawab atas permintaan pertama dari lo," sahut Yeji.

"Oke. Terserah lo aja."

Lagi.

Sejak tadi, perkataan yang terucap dari laki-laki itu, cukup dingin dan ada rasa aneh yang menggelitik hati Yeji. Perasaan macam apa itu, kekecewaan? kesedihan? tidak terima? 

Entah. Perasaan itu tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata seperti tadi. Detikan jarum jam terdengar begitu jelas saat tak ada percakapan lagi diantara mereka, sampai pada akhirnya Yeji dan laki-laki itu sama-sama beranjak dari tempat masing-masing.

Yeji melangkahkan kaki dengan ringan menuju nakas yang terletak di samping brangkar pasien, seraya membawa vas bunga yang sudah terisi bunga mawar biru. Indah. 

Sedangkan laki-laki itu berjalan menuju kursi roda dengan bantuan elbow stick.

"Gue lebih suka mawar merah," ucapnya lagi yang sudah duduk manis di kursi roda sambil menatap vas bunga di atas nakas.

Mendengar komentar itu, Yeji membalikan tubuhnya menghadap laki-laki itu. "Hyunjin."

Merasa namanya dipanggil, membuat Hyunjin mengalihkan pandangannya ke Yeji. "Lo tau makna dari mawar merah dan bukan itu yang mau gue ungkapin ke lo," sambung Yeji. Semburat senyum terpancar, senyuman yang sulit Yeji artikan, baru kali ini ia melihat senyum itu.

"Unik, kepercayaan, komunikasi?" Senyum Hyunjin memudar, "yang mana?" lanjutnya.

Cklek

Sosok perempuan di ambang pintu menatap sedikit terkejut saat melihat kedalam, kemudian ia tersenyum manis, "Ganggu kalian ya?" lirihnya.

"Enggak kok Li, kenapa?" tanya Hyunjin saat melihat Lia menenteng totebag. Perlahan Lia melangkah memasuki ruang naratama 10, "Ini, ada sedikit oleh-oleh dari Ayah gue. Kak Lino juga nitip untuk kasih alat lukis ke lo," ujar Lia yang segera meletakan barang-barang yang ia maksud di atas meja.

"Ucapin makasih ke Ayah lo dari keluarga gue, thanks juga ke kak Lino," sahut Hyunjin sembari tersenyum.

"Ya udah, maaf ya ganggu kalian hehe... gue pulang dulu, bye Ji, Jin." 

Pintu kembali tertutup rapat, meninggalkan kehampaan di dalam ruangan.

Lia menggelengkan kepala pelan, berjalan menyusuri koridor khusus kamar VIP di rumah sakit ini. Mata Lia memicing melihat dua orang laki-laki yang cukup familiar sedang berjalan ke arahnya.

"Wait!"

"Ngapain?" tanya laki-laki di sebelah kanan Lia yang hanya mengikuti langka kakinya karena tangan mereka ditarik paksa oleh Lia.

"Kalian mau jenguk Hyunjin? jangan dulu deh," ujar Lia menatap kedua laki-laki itu secara bergantian.

"Kita makan gimana? Ya ya?"

SC-1| ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang