48.00

194 43 10
                                    

Dua hari berlalu setelah kecelakaan yang dialami Yeji. Gadis itu masih belum sadarkan diri, dan Hyunjin semakin merasa bersalah.

Ia menganggap bahwa ini semua terjadi karena dirinya.

Seulgi pun terus berupaya mengubah pola pikir Hyunjin, dan terus berada disisi Hyunjin agar anaknya masih bisa merasakan kehangatan.

Begitu pula dengan teman-teman Yeji yang selalu menyempatkan diri untuk menemui Yeji.

Kondisi Yeji sudah jauh lebih membaik sehingga Yeji dipindahkan dari ruang ICU ke ruang President Suite yang fasilitasnya jauh lebih lengkap dan nyaman dibanding ruang naratama ataupun ruang naratetama, sesuai dengan permintaan Dad. 

Walau sudah membaik, bagi Dad, putrinya itu sangat memerlukan ketenangan ekstra tinggi. oleh karena itu ruang President Suite menjadi pilihan yang tepat. 

Hari ini, Hyunjin memutuskan untuk absen sekolah, ia ingin bersama Yeji sepanjang hari penuh.

"Ji, hari ini gue datang lebih pagi. Gue mau berduaan bareng lo," ujar Hyunjin kemudian mendudukan dirinya di kursi sebelah Yeji.

Perlahan Hyunjin menggenggam tangan Yeji, menautkan jemarinya dengan jemari Yeji dan kemudian mengecup punggung tangan kiri Yeji lalu merebahkan kepalanya di sisi Yeji.

"Tidur gini pun, lo masih cantik," gumam Hyunjin melihat Yeji yang masih menggunakan alat bantu napas serta kepalanya yang terbalut perban luka. 

"Maafin gue ya Ji, kalau lo udah siuman, lo boleh marah sama gue, tapi jangan pernah tinggalin gue ya, Ji," ujar Hyunjin.

Mungkin begini rasanya, saat Yeji yang berharap cemas pada Hyunjin akan siuman atau tidak dari koma.

Kini giliran Hyunjin yang berada di posisi itu, bedanya Yeji tidak koma, ia hanya belum sadarkan diri setelah operasi.

---

Tiga orang gadis merebahkan kepala mereka di atas meja, menghela napas secara bersamaan.

Jam terakhir tidak ada kelas karena wali kelas mereka ada acara, tugas yang diberikan juga sudah selesai mereka kerjakan.

Helaan napas Chaeryeong semakin berat, "Sepi banget gak ada Yeji," celetuk Chaeryeong menyadarkan Ryujin dan juga Lia yang duduk di depannya.

Ryujin mengangguk setuju, "Kapan ya dia siuman? kenapa jadi giliran gini sih?" gerutu Ryujin.

"Kronologinya gimana?" tanya Lia heran.

"Entahlah, cuma Yeji yang tau, tapi gue dengarnya Yeji sempat ada problem sama Hyunjin terus taxi yang Yeji tumpangi mengalami kecelakaan karena ada truk yang hilang kendali gitu. Gue berharap setelah Yeji siuman dia baik-baik aja, gak ada hal buruk yang terjadi terutama sama indra pengelihatan," lirih Chaeryeong.

"Maksud lo?" tanya Ryujin galak.

"Om Jaebum sempat cerita ke Ayah gue. Katanya, om Jaebum khawatir sama hal itu karena bagian kepala Yeji yang diperkirakan terbentur keras, secara kepala kan banyak saraf apalagi kalau kebentur di bagian depan itu bisa nyambung kemana-mana," jelas Chaeryeong.

Lia menggeleng cepat setelah memahami maksud ucapan Chaeryeong. "Gak. Yeji pasti baik-baik aja kok."

"Izin yuk, kita jenguk Yeji," usul Lia.

Ryujin menegakkan kepalanya, "Kita makan dulu gimana? setelah itu kita pergi ke rs."

Mereka mengangguk serempak kemudian bergegas menuju kantin.

"By the way, lo udah sembuh beneran kan Ryu? gak usah dipaksa untuk sekolah kalau masih sakit," ujar Lia perhatian.

"Iya udah, soalnya Felix tiba-tiba datang ke rumah gue," sahut Ryujin seraya tersenyum senang.

SC-1| ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang