11.00

288 51 7
                                    

Seorang gadis menatap lurus kedepan sembari mengepalkan kedua tangan mungil di samping tubuhnya.

Terus menerus berusaha terlihat kuat di hadapan orang-orang walau luka di hatinya semakin bertambah setiap kali melihat sosok itu.

Ia tidak ingin membenci, tapi hatinya selalu terguncang. Ini yang kelima kalinya, setelah tiga tahun berlalu.

Di tahun ini, ia berharap sosok itu tidak akan hadir kembali di hadapannya. Meskipun ia sangat merindukan sosoknya yang selalu tersenyum ramah memperlihatkan wajah cantik serta ketulusan hati. 




"Sayang, dengar dad ngomong?"

"Uh? I-iya, kenapa dad?"

Jaebum menghela napas, "Yeji kenapa? Kok akhir-akhir ini sering melamun? lagi bertengkar sama Hyunjin?"

Dengan cepat Yeji menggeleng, "Aku sama Hyunjin baik-baik aja dad."

"Baguslah."

"Maaf, tadi dad bilang apa?"

"Dad cuma mau kasih tau, besok dad mau jenguk Hyunjin. Kamu mau ikut?"

"Boleh." Sahutan Yeji membuat Jaebum tersenyum manis.

---

Yeji menarik selimut tebalnya hingga menutupi bahu.

Kali ini, ia cukup mudah terlelap setelah menjalani hari yang melelahkan.

Samar-samar terdengar seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sedang beradu mulut dari kejauhan.

Plakkk

"Cewek kayak lo, cuma nyusahin hidup gue!"

"Lo sama aja kayak cowok-cowok lainnya, gak ada bedanya!"

"Apa-apaan sih lo?"

"Bisa-bisanya kamu bertindak sejauh itu tepat di depan anak kita?!"

"Anak kita liat semuanya!"

"Kenapa jadi nyalahin aku? Kamu juga salah.. kamu sama aja, gak pernah berubah!"

"Sekarang apa?"

"Hak asuh anak akan jadi milik aku!"

"Ma-maksud kamu?"

"Kita sudahi sampai disini."






"Aaaaaaa!" teriak Yeji. Ia terbangun lalu terduduk sembari memeluk kedua kakinya yang ditekuk.

"Dad.. hiks.." rintih Yeji, keringat dingin mulai mengalir di dahinya.

Kenapa semua percakapan itu terasa begitu nyata?

Yeji menutup matanya rapat-rapat.

Brakk

"Hyunjin!"

Darah... mengalir tak henti di atas paving.

Yeji menggeleng kuat, ia sangat ingin menghapus ingatan mengerikan itu.

"Yeji tenang, lo baik-baik aja. Hyunjin udah sadar sekarang, cuma ada dad di sisi lo. Cuma dad yang lo miliki saat ini," monolog Yeji.

Tangan Yeji meraih Hp dan menekan angka 0 yang dijadikan sebagai panggilan darurat.

"Yeji takut..." lirih Yeji ketika teleponnya sudah diangkat.

Beberapa detik kemudian pintu kamar Yeji terbuka, derap kaki tergesa-gesa menghampirinya lalu mendekap tubuh Yeji erat.

SC-1| ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang