39.00

214 42 6
                                    

Sejak tadi Yeji diam, tidak ada sepatah kata pun yang terucap, ia hanya menatap keluar kaca mobil.

Hyunjin juga tidak bisa berkata banyak hal, ia tidak ingin Yeji salah tangkap dengan ucapannya.

Setelah sekian menit menghabiskan waktu di perjalanan, mobil Hyunjin berhenti pada suatu tempat yang belum pernah Yeji kunjungi.

Yeji menghadap ke arah Hyunjin hendak bertanya, tetapi laki-laki itu sudah menutup pintu mobil dan berjalan ke sisi mobil, membukakan Yeji pintu.

"Kenapa ke sini?" Satu pertanyaan meluncur dari mulut Yeji.

"Yuk," ajak Hyunjin, tak menghiraukan pertanyaan Yeji. Kemudian Hyunjin menggandeng tangan Yeji, gadis itu tetap diam dan mengikuti langkah kaki Hyunjin.

Mereka mulai masuk ke dalam, disapa oleh petugas yang ada di kolumbarium. Hyunjin terus melangah hingga langkah kakinya berhenti di depan salah satu rak kaca. 

Terdapat bingkai foto seoranga wanita yang tersenyum cantik. Tanda tanya besar mulai menyembul dari atas kepala Yeji.

"Sore Bunda, maafin Hyunjin baru bisa datang hari ini." 

Perlahan Hyunjin melepas genggaman tangannya dengan Yeji lalu ia beralih mengambil bucket bunga dari dalam tas karton yang sejak tadi Hyunjin jinjing di tangan kirinya. Yeji juga baru menyadari hal itu. 

Laki-laki itu berjongkok, meletakan bucket bunga dan kembali berdiri tegap di hadapan rak kaca menatap penuh makna ke arah bingkai foto.

"Hyunjin sayang bunda. Bunda tenang aja ya, Hyunjin tumbuh jadi anak yang hebat, tryout kemarin Hyunjin menempati peringkat satu lagi loh bund," lapor Hyunjin bangga lalu ia tersenyum manis.

"Hyunjin bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Ayah sehat-sehat aja kok Bunda walau terkadang Ayah murung tiap kali liat foto bunda di kamar Hyunjin. Mama Seulgi juga baik banget, Mama memperlakukan Hyunjin kayak anak kandungnya sendiri."

"Mama sayang banget sama Hyunjin," tambah Hyunjin melengkapi kalimatnya.

"Makasih Bunda, udah kenalin Hyunjin sama Mama, dan makasih karena Bunda udah berusaha melakukan yang terbaik untuk Hyunjin."

Yeji hanya diam, diam menatap ke arah Hyunjin yang tak henti-hentinya mengadu dan tersenyum manis ke arah foto itu.

"Oh iya Bund, kali ini Hyunjin ajak Yeji. Cewek yang selalu Hyunjin ceritain ke Bunda, satu-satunya cewek yang punya senyum secerah dan menenangkan mirip Bunda," ujar Hyunjin lagi seraya terkekeh pelan. 

Kemudian Hyunjin menoleh ke arah Yeji, ia tersenyum lalu mengulurkan tangannya yang segera disambut Yeji. 

"Ini Yeji bund, cantik kan? gak kalah cantik dari Bunda," puji Hyunjin.

Yeji menunjukkan seulas senyumnya, kemudian ia mulai menyapa mendiang Bunda Hyunjin.



--o0o--

Seorang laki-laki mengetuk pelan ujung sepatu di atas aspal, menunggu kehadiran seseorang yang sejak lama ia nantikan. Saat pintu megah mansion terbuka, seorang gadis keluar dengan pakain kasual seperti biasanya, menyambut ceria kehadirannya.

"Lama ya nunggu?" tanya gadis itu.

"Enggak kok, yaudah yuk!" ajak laki-laki itu lalu menggandeng tangan gadisnya.

"Kak Lino gak capek? biar Lia aja yang nyetir," tawar Lia.

"Engga. Biar kakak aja ya," sahutnya seraya tersernyum manis. Dengan senang, Lia menurut lalu memasuki mobil, duduk di kursi sebelah kursi kemudi.

SC-1| ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang